Intisari-Online.com – Di Jawa Tengah dulu pernah ada berita santer, bahwa siput-siput air tawar kita dapat dijual kepada seorang - agen tengkulak, yang bersedia membeli siput kiloan dengan barga yang lumayan.
Konon, siput-siput ini akan diekspor ke Iuar negeri.
Untuk beberapa bulan lamanya, gerakan mengumpulkan siput dari sawah, rawa-rawa, tepi sungai dan saluran-saluran irigasi itu jadi ramai.
Dan di pasar-pasar makin banyak orang menjual kreco rebus, seperti menjual kacang godog saja, yang dibungkus dengan contong daun pisang.
Tapi sebagai gerakan yang sudah-sudah di muka bumi Indonesia kita ini, (yang jarang sekali bisa kontinyu), gerakan siput inipun kemudian tidak begitu santer lagi suaranya.
Di kawasan Asia ini memang ada yang suka makan siput sepanjang masa. Terutama penduduk daerah pedalaman negeri Cina dan negeri-negeri yang djteinpati “overseas Chinese".
Di Pulau Jawa sendiri juga ada sementara orang yang sudah sejak dulu terkenal mempunyai kebiasaah makan siput, terutama di daerah-daerah pedalaman yang masih belum berkembang perekonomiannya(bahasa polosnya: tandus).
Siput yang paling umum dimakan adalah Keong gondang (Ampullaria ampullacea) yang berbentuk bulat seperti buah appel, sampai disebut appelslak oleh orang-orang Belanda dulu.
Ukurannya lumayan besarnya. Rata-rata sebesar sawo kecik, meskipun kalau dibiarkan hidup sampai tua bisa sampai sebesar muk (yang kecil). Rumah keong gondang tua yang nyarak sungute dalam nyanyian Semut Ireng-nya Dandang gula ini memang sering dipakai sebagai cangkir untuk munim burung dalam sanggar bambu.
Yang lainnya adalah siput-siput yang tetapi kecil ukurannya, (sekali pun dibiarkan tua), seperti kreco, kece, atau susuh (Melania testudinaria) yang rumahnya runcing memanjang itu; Siput rawa atau Tutut (Vivipara javanica) yang rumahnya lebih buntek sampai seperti kukusan bentuknya, dan lebih banyak kite ketemukan di rawa-rawa sampai dipanggil moerashorenslak (tempo doeloe); dan Siput selokan atau poelslak (Limnaea javanica) yang lebih kecil lagi ukurannya daripada susuh dan keong gondang.
Interior rumah siput
Siput-siput ini semua hidup menderita sebagai makhluk yang terjerat kakinya dalam rumahnya sendiri, sampai terpaksa berjalan dengan perut.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR