Setiap tentara Sovyet merabawa jarum hypodermic yang terisi 2 miligram atropine, satu-satunya obat penawar gas saraf yang tjukup efektif.
(Baca juga: Kekurangan Bom saat Perang Vietnam, Pesawat-Pesawat Tempur AS Jatuhkan Toilet-Toilet Bekas)
Uni Sovyet kiranya sudah bersiap-siap dengan senjata-senjata kimia dan kuman seperti juga Amerika Serikat dewasa ini.
Dalam Perang Dunia ke I sudah dipakai gas mustard yang berakibat buruk bagi tubuh manusia.
Tetapi menurut catatan-catatan yang dapat dikumpulkan oleh Team kesehatan tentara Amerika dari 73.000 orang yang menjadi korban gas itu, hanya dua persen yang mati dan tujuh persen cacat.
Sisanya hampir 67.000-orang sembuh dengan baik.
Namun meskipun demikian pada umumnya masyarakat umum tetap terpendapat bahwa perang kimia semacam itu amat liar bagi orang-orang beradab dan mereka tegas-tegas menentangnya.
Disamping gas mustard, ,dalam PD I itu juga digunakan gas-gas yang melemaskan, yaitu phosgene dan diphosgene — yang sampai dewasa ini masih dipergunakan dan dianggap penting.
Gas-gas itu semuanya tak berwarna dan berbau seperti padi yang baru saja dipetik. Kedua-duanya membakar paru-paru dan tenggorokan dengan hebat.
Meskipun biasanya korban-korban dari pada serangan gas-gas itu dapat membunuh, tapi suatu dosis yang besar dapat mengakibatkan kematian.
Dalam perang kimia gas-gas yang paling mematikan ialah gas-gas dan darah. Uni Soviet memperkembangkan gas saraf jenis Tabun, yang didapatkan waktu menyerbu Jerman pada Perang Dunia II yang lalu.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR