Advertorial
Intisari-Online.com - Dalam minggu terakhir bulan Februari tahun 2018 ini kawasan kota Ghouta Timur, Suriah telah menjadi ajang pertempuran brutal antara pasukan pemerintah Suriah melawan pasukan pemberontak.
Pasukan Suriah yang didukung militer Rusia menjadikan Ghouta ajang pembantian dan penghancuran total karena Rusia mengerahkan jet-jet tempur canggihnya.
Sebaliknya pasukan pemberontak Suriah yang didukung oleh militer AS dalam serangannya juga dibantu oleh serangan udara jet-jet tempur AS.
Akibatnya perang brutal di Ghouta bukan hanya merupakan peperangan antara pasukan pemerintah Suriah melawan pasukan pemberontak, tapi sesungguhnya peperangan antara Rusia dan AS.
(Baca juga: Bukannya Pamer Kekayaan, Orang-orang Super Kaya Ini Justru Sering ‘Pamer’ Kesederhanaan! Tidak Seperti OKB!)
Setelah sejumlah tentara bayaran Rusia gugur oleh serangan udara AS yang sebenarnya ditujukan kepada pasukan Suriah, Rusia tampaknya melakukan balas dendam.
Apalagi satu jet tempur Rusia telah ditembak jatuh oleh pasukan pemberontak Suriah dan pilotnya terpaksa bunuh diri untuk menghindari esekusi mati dengan cara dipenggal kepalanya.
Jet-jet tempur Rusia makin sering melancarkan serangan udara secara membabi-buta di Ghouta Timur dan membuat warganya, terutama wanita dan anak-anak tak berdaya.
Karena terjebak peperangan brutal warga kota Ghouta sama sekali tidak bisa keluar kota dan hidup dalam kondisi serba terbatas.
(Baca juga: Mengenali Jenis Pasukan Tempur TNI Angkatan Darat Berdasarkan Warna Baret)
Mereka mulai kelaparan dan warga kota berusaha mencari perlindungan di bangunan bawah tanah yang sebenarnya tidak mampu menahan gempuran bom yang dijatuhkan pesawat tempur.
Ribuan wanita dan anak-anak yang berada di bangunan bawah selain kurang makanan dan minuman juga berada dalam kondisi ketakutan karena sewaktu-waktu bisa tewas.
Rumah-rumah sakit di Ghouta yang juga menjadi sasaran pengeboman bahkan telah memindahkan orang-orang yang dirawat di taruh di bangunan bawah tanah dengan fasilitas seadanya.
Bahkan para bayi yang baru lahir dan masih tergantung kehidupannya pada alat inkubator juga terpaksa dipindahkan di bangunan bawah tanah demi menghindari serangan udara.
(Baca juga: Cara Cepat Meraba Kepribadian Seseorang, Cukup Lihat Posisi Duduk Kegemarannya)
Warga Ghouta melalui media seperti CNN memang telah meminta agar PBB atau negara-negara Barat turun tangan.
Pasalnya yang terjadi di Ghouta bukan hanya peperangan brutal tapi upaya pembunuhan warga kota secara sistematis.
Apalagi Rusia yang sudah kepalang basah untuk terjun dalam peperangan di Suriah dan sudah banyak kehilangan korban, bahkan terus mendatangkan jet-jet tempur canggihnya seperti jet tempur siluman Su-57.
Sebaliknya AS juga telah mengerahkan jet-jet tempur siluman F-22 Raptor ke Suriah.
(Baca juga: Punya Dua Istri Muda nan Cantik, Pria ini Ungkap Resep Rahasia Menjaga Keharmonisan)