Meski cuma kartu, "uang" tersebut sempat beredar selama lebih dari 70 tahun.
Tahun 1800-an, kebanyakan uang kertas yang beredar masih dikeluarkan oleh bank atau perusahaan swasta.
Lalu berangsur-angsur pemerintah dan bank sentral mengambil alih wewenang membuat uang kertas di suatu negara.
Meski kini uang sudah jadi alat tukar yang umum, di beberapa bagian dunia praktik barter masih dilakukan juga, misalnya masyarakat petani di beberapa negara berkembang Afrika, Asia, dan-Amerika Latin.
Alasannya, mereka jarang menerima dana tunai. Tapi jangan kaget, masyarakat negara industri pun pernah terpaksa melakukan hal serupa, jika uang langka atau jatuh nilainya.
Setelah Jerman kalah dalam PD II (1939 - 1945), nilai uangnya anjlok sehingga orang lebih suka melakukan barter. Alat tukar yang saat itu bernilai adalah rokok, kopi, dan gula, yang jumlahnya sangat terbatas. (Dari pelbagai sumber/Sht)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1997)
(Baca juga: Sebelum Bunuh Diri, Hitler Tulis Wasiat: Saya Tidak Sanggup Memikul Tanggung Jawab Perkawinan)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR