Beberapa sopir taksi yang merasa tidak enak badan saat sedang bekerja bisa saja membelokkan kemudi menuju ke klinik ini.
“Ada beberapa sopir taksi dan warga Tionghoa yang rumahnya jauh dari klinik tetapi memilih berobat ke sini,“ ujar Hana.
Meskipun gratis, beberapa pasien secara suka rela memberikan sumbangan untuk pengembangan klinik.
Karena itu Hana kemudian menyediakan sebuah kotak sumbangan yang dibuka setiap bulan.
Biasanya, sebagian besar isi kotak itu recehan dan tidak beramplop.
Ada pengalaman unik soal amplop dan kotak sumbangan ini. Suatu hari ada seorang pasien pria dari luar daerah yang datang mengendarai mobil mewah.
Ia baru pertama kali berobat ke “Klinik Dokter Hana”. Selesai diperiksa, pria tersebut memasukkan amplop ke dalam kotak sumbangan.
“Amplop tersebut merupakan satu-satunya yang ada di kotak sumbangan. Setelah saya buka, isinya ... selembar uang kertas seribu rupiah. Tapi saya tetap bersyukur berapa pun uang sumbangan yang diberikan oleh pasien,” ujar Hana.
Hana mengaku beberapa kali mengalami kesulitan keuangan untuk menopang operasional kliniknya.
Maklum, hanya mengandalkan dari gaji dia praktik di beberapa rumah sakit plus kotak sumbangan tadi.
Namun sejak 2015 dia membuka klinik kecantikan berbayar. Karena klinik ini mulai ramai, ia pun berhenti praktik di beberapa RS dan fokus ke klinik umum miliknya.
Di klinik kecantikan bernama “Dokter Muslimah Beauty Clinic” (DMBC), Hana dibantu oleh enam orang karyawan tetap dan dua orang tenaga lepas.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR