Kapur yang basah dan lembut dimulut itulah yang Rebecca nikmati.
Walaupun sulit untuk ditelan dan sedikit kotor untuk dimakan, ia tidak merasa cukup.
Untuk memenuhi kebiasaannya yang aneh itu, ia menghabiskan 15 poundsterling atau Rp300.000 setiap bulannya.
Mulanya ia merahasiakan hal itu pada pasangannya, Danny Lawton, seorang buruh berusia 32 tahun, tetapi baru-baru ini ia mengaku pada Danny.
“Danny pikir itu benar-benar aneh dan ia tidak paham mengapa aku melakukannya. Ia bilang aku gila,” kata Rebecca.
Ia memang sempat merasa cemas dengan kesehatan bayi yang dikandungnya dan efeknya di kemudian hari.
Itu sebabnya ia terkadang mengunyah kapur tulis dan memuntahkannya kembali.
Baginya lebih karena ingin merasakan kerenyahannya daripada memakannya.
Ketka Rebecca menceritakan mengidam yang aneh kepada temannya, mereka menyatakan mungkin ia menderita sindrom pica.
Sindrom itu seringkali berhubungan dengan kekurangan mineral dalam tubuh.
“Ketika kandunganku 32 minggu, aku bilang kepada bidan bahwa aku makan kapur tulis. Akhirnya darahku diambil untuk diperiksa dan hasilnya menunjukkan tingkat zat besi dirinya rendah,” kata Rebecca.
Tetapi, walaupun telah diberi obat tetapi ternyata tidak bisa menghentikannya mengidam makan kapur tulis.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR