Memang melangsingkan pinggul dan menutupi dada, namun membuat penampilan wanita dan lawan jenisnya nyaris tak ada beda.
Zaman Renaissance membawa angin perubahan. Bentuk pakaian dalam mulai menekankan pada lekak-lekuk feminin wanita.
Tak heran jika saat itu tubuh yang ideal ibarat bentuk jam pasir. Para wanita berlomba mendapatkan tubuh seperti itu.
Meski bahan besi ditinggalkan, korset kala itu masih menekan dan ikatannya sangat kuat.
(Baca juga: Tanpa Menguji Terlebih Dahulu, Terkadang Kita Terlalu Mudah Menilai dan Menghakimi Hidup Orang Lain)
(Baca juga: Menurut Sains, Zaman Dahulu Bumi Memiliki Lebih dari Dua Kutub, Bagaimana Bisa?
Tekanan sangat kuat itu sering membuat tulang iga patah atau melenceng. Banyak perempuan tak leluasa bernapas alias sesak dada.
Di abad ke-18 barulah keadaan agak membaik. Bentuk pakaian dalam tidak hanya satu pilihan. Ada pilihan lain yang lebih menarik dan nyaman saat dikenakan.
Pakaian dalam lantas didesain untuk mencapai efek itu.
Walaupun korset masih dibuat dari tulang insang ikan paus yang tentunya masih kaku dan tetap berat, korset-korset saat itu mulai dihiasi pita, renda, dan sulaman yang ramai dan ruwet.
Kata lingerie pertama kali dicetuskan dalam bahasa Inggris di tahun 1835. Diambil dari kata dalam bahasa Prancis kuno, linge.
Kata itu sendiri sebetulnya dari turunan bahasa Latin, yang berarti terbuat dari linen.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR