Secara beranting informasi ini pun sampai kepada Presiden Soekarno yang kemudian tertarik untuk membelinya.
Singkat kata, Presiden Soekarno yang memang sedang memimpikan untuk memiliki kekuatan udara yang tangguh lalu memerintahkan untuk membentuk tim pembelian pesawat Tu-16.
Apalagi pada masa itu, AS sedang menerapkan embargo persenjataan sehingga RI mau tak mau harus berpaling ke Blok Timur, Rusia.
Tim pembelian Tu-16 di bawah pimpinan Jendral A.H Nasution bersama Salatun kemudian berangkat ke Uni Soviet ( 1960).
Ketika berangkat sebetulnya delegasi pembeli senjata itu belum yakin apakah Rusia bersedia menjual Tu-16 kepada Indonesia.
Tapi Rusia yang sedang mengincar negara-negara di kawasan Asia untuk dijadikan negara berideologi komunis rupanya memandang Indonesia sebagai negara yang potensial.
Di antara persenjataan yang kemudian ditawarkan kepada delegasi Indonesia salah satunya ternyata Tu-16.
Tawaran yag sangat mengagetkan itu bagaikan rejeki nomplok sehingga delegasi Indonesia langsung menerimanya.
Pembelian Tu-16 yang dilaksanakan oleh Indonesia tentu saja langsung menggetarkan negara-negara di kawasan Asia dan juga Blok Barat mengingat jumlahnya mencapai 24 unit.
Sebanyak 12 Tu-16 A merupakan pesawat pengebom sementara 12 Tu-16 KS lainnya merupakan pesawat bersenjata rudal antikapal perang.
Pembelian 24 Tu-16 ini langsung disusul program latihan bagi para awak Tu-16.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR