Advertorial
Intisari-Online.com -Uji coba rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan pada hari Jumat pagi (15/9/) sukses melintasi wilayah udara Jepang.
Jika ditotal, rudal yang kemudian jatuh di Laut Pasifik itu bisa menjangkau jarak 2.300 mil.
(Baca juga:Tak Mau Kalah gengan Korut, Korsel dan Rusia Juga Ikut-ikutan Luncurkan Rudal Balistik)
Kemampuan rudal balistik yang bisa melesat sejauh itu langsung dirayakan penuh suka cita oleh pemimpin Korut Kim Jong-un.
Sebaliknya, ini makin membuat Presiden AS Donald Trump ketar-ketir.
Kim Jong-un bersama para petinggi militer Korut bersuka cita karena rudal balistik yang diluncurkan lebih dari cukup untuk menjangkau daratan Guam yang jaraknya 2.100 mil dari Korut.
Dengan kemampuan jarak jangkau rudal balistik Korut yang bisa melampui Guam, Presiden Trump yang tampak makin tidak sabar untuk memberi pelajaran kepada Korut.
Tak berselang lama dari peluncuran itu, Donald Trump langsung mengunjungi pangkalan pesawat pengebom nuklir siluman B-2 Spirit di Maryland. Ia ingin “membuat perhitungan” kepada Korut.
Kepada para awak pesawat B-2 yang dilukiskannya sebagai “lebih baik dari Tom Cruise” itu Trump memerintahkan agar semua pilot B-2 siap menyerang Korut kapan saja ketika diperintahkan.
(Baca juga:AS Wajib Khawatir, China Garap Pesawat Siluman Pembawa Nuklir Yang Bisa Capai Negaranya)
Sebagai pesawat pengebom nuklir strategis jarak jauh, B-2 merupakan pesawat yang tidak bisa dideteksi oleh radar (stealth) sehingga dapat secara leluasa menyerang wilayah-wilayah penting di Korut laiknya sesosok “siluman”.
Kita tunggu saja, sejauh mana konflik Korut-AS ini akan berlangsung?
PERANG KOREA, DARI DULU HANYA JADI REBUTAN NEGARA ADIKUASA
Seberapa mengerikannya jika Perang Koreatersebut 'bangkit'? Mari kita menyimak ulasan tentang yang telah menyebabkan Korea Utara dan Korea Selatan bercerai tersebut:
--
Rasanya sulit dipercaya, perang Korea melibatkan 40 negara. Bahkan Jendral Douglas Mac Arthur dipecat Presiden Truman gara-gara Korea.
Garis lini 38 derajat menyimpan sejuta duka. Pasukan PBB sempat kalang kabut dihantam pasukan Cina. Setelah 35 tahun berpisah, Korut dan Korsel rindu berkumpul.
Semenanjung itu letaknya di barat Asia. Persisnya semenanjung Korea berbatasan dengan Cina di utara dan Uni Soviet di ujung timur. Dua sungai besar mengalir di utara sekaligus menjadi batas negara. Di selatannya Korea menghadap ke laut Kuning dan sebelah timur laut Jepang.
Ujung selatan semenanjung ini dipisahkan oleh selat Korea terhadap Jepang. Jadi tiga negara besar sekaligus melingkari Korea yakni Cina, Rusia dan Jepang.
Dinasti Koryo
Nama Korea berasal dari nama dinasti Koryo yang memerintah seluruh wilayah sekitar abad 10-14. Dari perjalanan sejarah, negeri ini sering disebut dengan Choson yang berarti negeri indah dan damai. Luas seluruh negeri ini 220.000 Km persegi dengan sebagian besar daerah pegunungan menutupinya.
Hanya seperlima Korea dataran rendah, itupun menjadi pusat produksi pertanian.
Penduduk asli Korea berasal dari bangsa Mongolia cabang Tungusic dari utara Asia. Secara tradisional struktur sosial masyarakatnya mempunyai empat kelas yaitu kaum elite, golongan agama, golongan menengah dan kaum kebanyakan.
Korea terkenal dengan penghasil padi, hampir 50 persen daerah pertanian ditanami padi. Setelah setengah abad Korea jaya dibawah dinasti Koryo, Jepang mulai menyusup ke sendi kehidupannya.
Sejak itulah nasib Korea mulai berubah, sampai akhirnya mengundang Rusia dan Amerika Serikat untuk berlomba senjata. Toh akhirnya Korea terkena getahnya, Korea harus dipisah.
Bisul yang pecah
Sekitar 1945-an Jepang semakin tamak mencanangkan program Jepang Matahari Asia. Tentu saja semua negara gemas terhadapnya. Menjelang akhir Perang Dunia II, Sekutu mengultimatumkan Jepang agar menyerah tanpa syarat.
Tapi Jepang keras kepala. Maka jatuhlah bom atom AS memaksa Jepang mengakhiri perangnya. Dalam keadaan seperti itu Rusia menyatakan perang terhadap Jepang yang sedang sekarat pada tanggal 8 Agustus 1945.
Pernyataan ini dinilai berbau pengecut. Di Postdam, Amerika Serikat mengusulkan agar pasukan Soviet dalam menyerang Jepang hanya sampai garis pararel 38 dan AS menangani wilayah selatan. Usul inilah rupanya yang menjadi biang terpisahnya Korea Utara dengan Selatan.
Pemerintah AS bertekad meraih Seoul. Baru tanggal 8 September AS berhasil melucuti Jepang. Mereka mendaral di Inchon dekat perbatasan, bertemulah pasukan AS dan Rusia di garis 38. Tak bisa ditahan lagi pecahlah bisul peperangan antara Amerika Serikat dan Rusia.
Uni Soviet tidak membuang waktu setelah berhasil menendang keluar Jepang. Segera wilayah Utara di Sovietisasikan, sementara itu kericuhan politik dalam negeri Korea sendiri makin genting. Tokoh perjuangan Korea Dr Syngman Rhee tiba dari pengasingan segera menjadi figur sentral dalam perdamaian Korea.
Konferensi Moskwa yang diusahakan untuk pembentukan pemerintah, ternyata gagal. Akhirnya pemilu pertama dijalankan 10 mei 1948. Sebelumnya Soviet telah menolak pemilu, ini merupakan taktik untuk menghindari penggabungan.
Presiden pertama Korea Selatan Rhee dilantik 15 Agustus, yang segera diikuti dengan peiantikan Kim II Sung sebagai PM, sekaligus ketua partai komunis Korea Utara oleh Rusia. Kedua belah pihak saling mengklaim pemerintahan seluruh semenanjung Korea. Dengan terbentuknya kedua negara baru tersebut, berakhirlah usaha mempersatukan Korea.
Bulan Desember 1948 PBB menyerukan AS dan Uni Soviet menarik pasukannya dari Korea, keduanya mematuhi. Tapi sebelum mereka menarik diri dari negeri terpecah tersebut, telah dipersiapkan pasukan perang sebagai alat menyerang dan pertahanan. Namun Rusia jauh lebih intensif, justru tidak hanya melatih tapi juga mensuplai peralatan perang.
Sedang Amerika Serikat hanya meninggalkan senjata tua tanpa sebuah tank dan pesawat tempur. Korea Utara memiliki 200.000 tentara perang sedang Selatan hanya 95.000 tentara.
Begitulah kenyataannya hanya dalam tempo tiga hari pasukan Utara berhasil merebut kota Seoul ibu kota Korea Selatan. Pihak Utara memang memastikan dalam dua minggu seluruh semenanjung Korea dapat dikuasai.
Pertempuran makin sengit, kedua pasukan Utara dan Selatan sama-sama memiliki kekuatan yang sama. Pasukan Selatan dan AS sempat dipaksa membentuk pertahanan terakhir di ujung semenanjung yang terkenal dengan nama "perimeter pusan".
Perang besar di Korea melibatkan pasukan PBB dari berbagai negara, sedikitnya 40 negara bersedia siap membantu dalam bentuk apapun. Ini berarti Amerika Serikat yang menjadi sponsor utama Korea Selatan merasa mendapat dukungan.
Dalam keadaan itu maju tidak mundur pun tidak, Jendral Douglas MacArthur yang sengaja diterbangkan dari markasnya di Tokyo berusaha untuk memecahkan situasi dengan melancarkan front ke dua.
Strategi besar muncul dari Panglima Besar Jenderal Mac-Arthur, dirancang suatu pendaratan amphibi di pantai Inchon dekat Seoul.
Serangan ini selain untuk merebut kembali kota Seoul juga memotong tentara utara menjadi dua bagian. Pada tanggal 15 September di pagi buta pasukan pendaratan laut menginjakkan kaki di Inchon. Serbuan bom dasyat membangunkan tentara Utara dari tidur. Untuk kedua kalinya Seoul jatuh kembali ke tangan AS.
Gagasan cemerlang MacArthur benar-benar menjadi titik balik peperangan. Kepungan Utara terhadap Pusan buyar, selanjutnya pasukan Utara terpaksa mengalami kepahitan luar biasa. Mereka terdesak kembali ke Utara melewati garis lini.
MacArthur mendapat mandat PBB untuk menyeberangi garis batas walaupun sebelumnya pasukan Korea Selatan lebih dulu melintasi. Kota Pyongyang ibukota Korea Utara dilumpuhkan Korea Selatan 10 Oktober, Kim Sung II dengan sisa pasukannya lari ke Utara dekat sungai Yalu (perbatasan dengan Cina).
Untung tak dapat diraih
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, begitu ambang kemenangan Korea Selatan hampir tiba, nah Republik Rakyat Cina datang membantu Korea Utara. Pasukan Cina yang terdiri 38 divisi di Manchuria, secara bergelombang ditumpahkan ke Korea.
Datangnya pasukan Cina dan Korea Utara mematikan inisiatif pasukan PBB. Dalam keadaan genting, Letjen Walton Walker panglima pasukan AS tewas dalam kecelakaan mobil. Dalam waktu singkat pasukan Korsel dan PBB dipaksa mundur kembali melintasi perbatasan. Untuk kedua kalinya Seoul jatuh ke tangan komunis tanggal 4 Januari 1951.
Kopi pahit ganti direguk pasukan PBB dari cangkir Korea Utara, beberapa komandan terbaiknya tewas dihantam cuaca buruk dan salju ganas. Konfrontasi besar timbul antara Presiden Amerika Serikat Truman dengan MacArthur. Truman menghendaki perbatasan pararel 38 tetap dipertahankan, namun dari segi militer MacArthur berpandangan lain.
MacArthur berpandangan, AS harus berani menghantam sasaran Cina bukan terbatas pada Korea saja. Pertentangan makin sengit, akhirnya hanya ada satu pilihan bagi MacArthur, yaitu dipecat dan diganti dengan Ridgway.
Panglima besar Amerika Jenderal Douglas MacArthur mengundurkan diri 11 April 1951. Kata-kata terakhirnya mencerminkan, bahwa dirinya tetap panglima besar, "Prajurit sejati tidak pernah mati, mereka hanya bersembunyi.”
Garis lini
Keadaan perang terus berlanjut maju-mundur sekitar garis lini. Perundingan gencatan senjata dicoba di Kaesong. Gagal. Dan peperangan berlangsung tambah sengit. Perundingan dicoba lagi di Panmunjom dan garis batas lintang 38 derajat disetujui sebagai garis demakrasi.
Sementara itu kedua pasukan terus meningkatkan jumlah pasukannya sekitar perbatasan, 620.000 pasukan Cina dan Korea Utara 225.000. Sedang Korsel 341.000 ditambah pasukan PBB menjadi 760.000 tentara.
Sesudah melewati berbagai proses rumit berakhirlah perang Korea yang berlangsung tiga tahun satu bulan dua hari, dengan persetujuan gencatan senjata 27 Juli 1953.
Usaha Kim II Sung mempersatukan semenanjung Korea dengan kekerasan gagal total. Daerah Utara mendapat 120.500 Km persegi sedang Selatan seluas 98.500 Km persegi. Perang tiga tahun ini membawa korban besar.
Di pihak PBB tewas 74.000 orang di antaranya 44.000 prajurit Korsel, 27.000 Amerika Serikat, dan 3.000 tentara PBB lainnya. Jumlah korban pihak komunis lebih banyak lagi, diperkirakan 900.000 tentara Cina tewas dan 520.000 pasukan Korea Utara terbunuh atau luka.
Rindu
Perang Korea telah berlalu 35 tahun silam, namun satu keluarga yang dipaksa berpisah ini akhirnya juga merindukan perjumpaan. Petugas Palang Merah Korea Selatan dan Utara bertemu Juli 1985 membicarakan kunjungan timbal balik di antara sanak keluarga yang terpisah.
Kunjungan tersebut direncanakan 20-26 September 1985 dengan mengizinkan orang Korea Selatan yang berasal dari Korea Utara mengunjungi tanah leluhumya. Dan sebaliknya. Kedua belah pihak mengungkapkan harapannnya ketika perundingan itu dimulai "Marilah kita mengubah kata-kata menjadi perbuatan dan marilah kita berikan berita gembira".