Advertorial
Intisari-Online.com - Untuk menakut-nakuti Korea Utara (Korut) yang makin gencar ingin melancarkan serangan nuklir ke daratan AS, militer AS (USAF) secara rutin menerbangkan pesawat pengebom nuklir B-1B ke Semenanjung Korea dengan formasi seolah-olah “akan menyerang Korut”.
Korut kemudian memang dibuat gusar atas kehadiran flight B-1 B bersama-sama para pesawat tempur pengawalnya itu dan reaksi Korut kemudian bisa langsung ditebak, yakni segera melakukan uji peluncuran rudal balistik.
Menanggapi penerbangan provokasi B-1 B Lancer yang kerap bergentayangan di atas Semenanjung Korea itu, Korut sebenarnya tidak perlu gusar.
Pasalnya, pesawat B-1 B Lancer sesungguhya merupakan pesawat pengebom yang nyaris dipensiunkan oleh USAF karena sering mengalami masalah teknis.
(Baca juga: AS yang Sibuk ‘Perang Mulut’ dengan Korut, Korsel yang Kecolongan Data Militer Penting)
Dari sisi umur, B-1 B Lancer juga sudah tua karena merupakan pesawat pengebom nuklir produksi tahun 1973 dan dalam sejarah operasionalnya, B-1 B paling banyak mengalami kecelakaan.
Sejak dioperasionalkan dari tahun 1973 hinggga 2017 lebih dari 7 unit B-1 Lancer telah jatuh tapi karena sistem pengamanan demikian maksimal tak ada satu bom nuklir yang sedang dibawa B-1 B sampai meledak.
Sesuai data yang dimiliki USAF pada Agustus 1984, satu B-1A jatuh saat dilaksanakan latihan terbang kecepatan minimum pada ketinggian rendah dan mengakibatkan tes pilotnya, Doug Benefield tewas serta dua awak lainnya luka-luka.
Bulan September 1987, B-1B dari unit 96th Bomber Wing jatuh saat latihan terbang pada kecepatan rendah, akibatnya enam orang awak yang mengoperasikan B-1B meskipun bisa melontarkan diri tewas.
Mengetahui bahwa kelemahan B-1B terjadi ketika terbang rendah pada kecepatan yang juga rendah, berbagai upaya perbaikan terus dilakukan terhadap B-1B.
Namun hingga tahun 2013 kecelakaan terus saja terjadi sehingga dari sebanyak 100 unit B-1A/B yang diproduksi , minimal tujuh di antaranya telah jatuh.
Selain itu, dibandingkan dengan pesawat pengebom nuklir B-52 dan B-2 USAF, B-1 B Lancer juga tidak bisa membawa bom nuklir untuk misi tempur jarak jauh.
Jika USAF masih mengoperasikan B-1B Lancer maka sesungguhnya pesawat pengebom nuklir ini hanya berfungsi untuk menakut-nakuti negara-negara ketiga yang sedang “rewel” dengan AS, misalnya Korut.
(Baca juga: Bom Nuklir yang ‘Doyan’ Diuji oleh Korut Jadi Senjata Makan Tuan, 200 Pekerja Tewas)
Hingga saat ini pesawat pengebom berkecepat supersonik dan bermesin enam itu memang masih dioperasikan untuk mendukung misi tempur NATO di Afghanistan dan Irak.
USAF sendiri berencana akan mengoperasikan sejumlah B-1 yang sudah di upgrade hingga tahun 2030.
Namun, karena tidak mampu membawa bom nuklir untuk misi tempur jarak jauh dan usia tua, USAF dan Pentagon juga sama-sama menginginkan pengganti bagi armada B-1 B Lancer yang sudah beberapa kali mengalami accident itu.