Usai bertugas di New Britain, skuadron Nishizawa ditransfer ke Papua Nugini dan bertempur bersama para seniornya, Saburo Sakai serta Toshio Ohta.
Saburo yang menyaksikan langsung kemahiran Nishizawa dalam manuver dan akrobatik pesawat, memberikan pujian bahwa pilot muda itu akan melebihi dirinya.
Komentar dan pujian Saburo tak hanya sekedar omongan. Dalam misi selama satu bulan, Nishizawa telah berhasil menjatuhkan lebih dari enam pesawat tempur Sekutu.
Dengan prestasinya, Nishizawa pun berhak bergabung dengan dua jawara pilot Saburo dan Toshio, sehingga menjadi tiga serangkai pilot jagoan.
Ketika tiga pilot jawara itu ditugaskan ke Guadalcanal tahun 1942, puluhan pesawat Sekutu kembali berhasil dijatuhkan.
Nishizawa sendiri paling tidak berhasil menjatuhkan enam pesawat Grumman F4F Wildcat. Sementara dua rekan lainnya mengalami luka parah sedangkan Toshio gugur.
November 1942, Nishizawa dan sejumlah pilot dipanggil pulang ke Jepang untuk menjadi instruktur.
Pada saat dipanggil pulang, Nishizawa paling sedikit sudah berhasil menembak jatuh 54 pesawat Sekutu.
Setahun kemudian, Nishizawa kembali dikirim ke medan tempur Rabaul dan mendapat hadiah sebilah pedang samurai dari komandan 11th Air Fleet, Vice Admiral Jin’Ichi Kusaka.
Nishizawa kembali turun ke medan laga ketika Sekutu mulai menyerbu Filipina, Oktober 1944.
Nishizawa yang bertempur dengan para pilot kamikaze menjadi saksi langsung tindakan para pilot yang sengaja menabrakkan pesawatnya ke kapal perang Sekutu.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR