Intisari-Online.com – Alkisah, hiduplah seorang penggembala miskin yang tuli. Setiap hari ia menggiring domba-dombanya ke bukit mencari rumput segar.
Dari sana ia memandangi desa tempat ia tinggal bersama keluarganya.
Suatu hari istrinya lupa mengirim bungkusan makan siangnya; juga tidak menyuruh anak mereka untuk membawakannya.
Sampai tengah hari kiriman itu tidak datang juga.
Si penggembala itu berpikir, “Aku akan pulang dan mengambilnya. Aku tidak dapat berdiam di sini sepanjang hari tanpa sepotong makanan.”
Namun ia tidak dapat meninggalkan domba-dombanya. Ia pun menghampiri seorang pemotong rumput di tepi bukit, yang ia tidak tahu kalau pemotong rumput itu juga tuli.
Katanya, “Saudaraku, tolong jaga domba-dombaku dan awasi jangan sampai tersesat atau berkeliaran. Aku akan mengecek kenapa istriku lupa mengirim makan siangku.”
Karena tidak mendengar kata-kata dari gembala itu sama sekali, si pemotong rumput itu berkata, “Mengapa aku harus memberi rumput untuk ternakmu? Sedangkan aku sendiri memiliki seekor sapi dan dua ekor kambing di rumah. Tidakkah kau lihat, aku ini harus pergi jauh demi mencari rumput bagi ternak-ternakku. Tinggalkan aku sendiri.”
Ia menggerakkan tangannya dan tertawa kasar.
Penggembala itu tentu saja tidak mendengar apa yang dikatakan oleh si pemotong rumput.
Katanya, “Oh, terima kasih kawan, atas kebaikkan dan kesediaanmu. Aku akan segera kembali. Semoga keselamatan dan berkah tercurah atas dirimu. Engkau telah meringankan bebanku.”
Ia segera berlari ke desa menuju gubuknya yang sederhana. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat oleh para istri tetangga.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR