Kamp-kamp di sekitar Cox's Bazar kurang memadai bahkan sebelum kekerasan terkini meletus.
Badan anak PBB, UNICEF, menyatakan 60 persen dari pengungsi baru yang datang adalah anak-anak.
"Ada kekurangan akut untuk segala hal, yang paling kritis tempat penampungan, makanan dan air bersih," kata Edouard Beigbeder, perwakilan UNICEF di Bangladesh, dalam satu pernyataan.
"Kondisi di lapangan menempatkan anak-anak pada risiko tinggi penyakit yang menular melalui air. Kami punya tugas monumental di hadapan mata untuk melindungi anak-anak yang rentan ekstrem ini."
Mohamud dari IOM, yang menjadi bagian tim PBB yang mengunjungi kamp-kamp Rohingya dalam beberapa hari terakhir, mengatakan krisis itu mengejutkan PBB, badan-badan internasional, dan pemerintah Bangladesh.
Karena kamp-kamp yang ada membludak, para pendatang baru membuat tenda-tenda di sekitarnya.
"Jujur saja. Tidak ada seorangpun yang menduga akan ada 400.000 orang melintasi perbatasan menuju Bangladesh, jadi tidak ada yang siap, dengan makanan, tempat berlindung dan fasilitas kesehatan."
Ia mengatakan masyarakat internasional harus "cepat" memberikan bantuan.
"Kita membutuhkan keterlibatan dan dukungan lebih, ada kebutuhan akan bantuan," katanya.
Sementara militer Myanmar mengatakan militan Rohingya ada di balik kekerasan itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut penindakan militer itu sebagai pembersihan etnis.
Dewan Keamanan PBB pada Rabu menyeru "langkah segera" Myanmar untuk mengakhiri kekerasan.
(Maryati)
Artikel ini sudah tayang di antaranews.com dengan judul “PBB khawatirkan skenario terburuk saat pengungsi Rohingya capai 389.000”.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR