Advertorial

Menurut Studi Terbaru di Kanada, Obat Antidepresan Justru Meningkatkan Risiko Kematian

Moh Habib Asyhad

Editor

Menurut sebuah studi terbaru, mengonsumsi obat antidepresan justru meningkatkan risiko kematian hingga 33 persen. Studi ini baru diterbitkan pada Kamis (14/9) kemarin.
Menurut sebuah studi terbaru, mengonsumsi obat antidepresan justru meningkatkan risiko kematian hingga 33 persen. Studi ini baru diterbitkan pada Kamis (14/9) kemarin.

Intisari-Online.com -Mungkin ini berita buruk nan menyedihkan—terutama bagi yang biasa menggunakan obat antidepresan.

Menurut sebuah studi terbaru, mengonsumsi obat antidepresan justru meningkatkan risiko kematian hingga 33 persen. Studi ini baru diterbitkan pada Kamis (14/9) kemarin.

(Baca juga:Antidepresan Bikin Bayi Cacat Jantung Bawaan)

Peneliti dari McMaster University di Kanada menemukan, obat-obatan tersebut dapat mencegah organ utama berfungsi dengan baik dengan menghalangi penyerapan seretonin.

Seretonin adalah zat kimia yang dibutuhkan oleh jantung, ginjal, paru-paru, dan hati dari aliran darah pada tubuh.

“Kami sangat prihatin dengan hasil penelitian ini,” ujar Paul Andrews, seorang profesor di universitas tersebut yang juga pemimpin penelitian.

“Mereka (para peneliti) menganjurkan agar kita tidak memakai obat antidepresan tanpa memahami secara tepat bagaimana antidepresan berekasi terhadap tubuh.”

Para ilmuwan itu mengumpulkan data dari ratusan ribu orang untuk mendapatkan hasilnya.

Mereka juga menemukan bahwa mereka yang mengurangi penggunaan antidepresan cenderung mempunyai risiko masalah kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke lebih sedikit.

Studi ini bisa kita lacak di jurnal Psychotherapy and Psychosomatics yang terbit Kamis kemarin.

Menurut New York Post, satu dari delapan orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi obat antidepresan. Obat ini juga disebut sebagai obat yang paling jamak dipakai.

Dan studi ini telah meruntuhkan asumsi selama ini yang menyebut bahwa obat antidepresan benar-benar bisa menyelamatkan nyawa dengan mengurangi gejala depresi.

(Baca juga:Apakah Anda Pantas untuk Menjenguk Orang Sakit atau Malah akan Meningkatkan Risiko Kematian Sang Pasien?)

“Temuan kami penting karena meruntuhkan asumsi itu,” ujar Marta Maslej, co-author penelitian tersebut.

“Saya pikir orang akan mengurangi penggunaan obat ini bila mereka tahu betapa sedikitnya efek yang diberikan obat ini kepada otak, dan apa yang kita ketahui menunjukkan adanya peningkatan risiko kematian.”

Artikel Terkait