Rata-rata ukuran lambung manusia adalah sebesar tangan orang dewasa.
Nah, seperti balon, lambung sangat elastis untuk menampung berbagai makanan, dari pagi sampai malam hari.
Jadi jangan heran kalau ada orang yang sanggup menghabiskan makanan lebih dari tiga piring.
Teknik memanipulasi ukuran lambung ini pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan diikat, dipotong, maupun operasi bypass.
Bariatrik tipe pertama dengan mengikat lambung atau dikenal sebagai adjustable gastric banding (AGB).
Prosedurnya, ujung lambung dilekatkan semacam pita elastis untuk menyumbat lambung dalam jangka waktu tertentu.
Elastisitas pita bergantung pada cairan yang disuntikkan ke saluran pita.
Handy menganjurkan jenis operasi bariatrik vertical sleeve gastrectomy (VSG), yaitu dengan memotong sebagian lambung.
Sekitar 3⁄4 bagian lambung akan dibuang, hingga tersisa ukuran lambung yang hanya cukup menampung empat sendok makanan saja.
Jika normalnya manusia kenyang setelah mengonsumsi makanan satu piring, setelah bariatrik orang tersebut hanya akan sanggup mengonsumsi makanan sangat sedikit.
Artinya walau jumlah asupan makanannya berbeda, level kekenyangannya akan tetap sama seperti orang normal.
“Di dalam lambung juga terdapat hormon rasa lapar yang disebut ghrelin. Ketika lambung dipotong maka hormon ini juga berkurang,” sambungnya.
Inilah juga yang akan mengatur nafsu makan penderita obesitas yang tadinya lapar setiap waktu, setelah bariatrik akan lapar pada waktunya saja. Intinya, jika ghrelin berkurang, maka nafsu makan juga berkurang.
Tipe ketiga bariatrik disebut mini gastric bypass (MGB), yaitu dengan membuatkan saluran langsung lambung ke usus.
Dengan MGB, lambung tak hanya diperkecil, namun disambungkan langsung dengan usus.
Jadi ketika makanan masuk lewat kerongkongan dan turun ke lambung, dalam waktu singkat akan masuk juga ke usus.
“Operasi MGB membuat orang tersebut mengasup sedikit makanan, sayangnya nutrisi dari asupan itu juga tidak diserap seluruhnya, ” jelas Handy.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR