Ujian fisik standar yang biasanya diberikan antara lain lari 10 km tanpa istirahat, 30 kali push up dan 50 sit up per menit, merayap di tali tambang setinggi 10 kaki hanya menggunakan tangan, lari 8 km dengan membawa beban di punggung seberat 12 kg, dan lainnya.
Jika calon peserta bisa diterima, ia akan disuruh datang ke pusat pendidikan FFL di Aubagne membawa barang secukupnya, sebab semua barang yang dimiliki oleh peserta pendidikan akan diambil.
Para peserta didik kemudian hanya diperbolehkan memiliki barang-barang pribadi seperti kamus Perancis-Inggris, peralatan mandi, rokok, jam tangan, dompet berisi uang 200 franc, dan buku catatan.
(Baca juga: Setelah Pantai dan Lokasi Perkemahan, Kaum Nudis Prancis Kini Punya Tempat ‘Nongkrong’ di Taman)
Gaji bulanan yang dibayarkan oleh FFL diberikan secara cash dan anggota legiun tidak diperbolehkan memiliki rekening bank demi menjaga kerahasiaan.
Jika dibayarkan lewat transfer bank, nama yang dibayar harus nama orang lain dan statusnya masih anggota keluarga.
Gaji satu bulan anggota baru FFl adalah 1.418 Dollar AS atau sekitar Rp 15 juta. Bila ditugaskan ke luar Prancis, gaji bulanan diterima dua kali lipat.
Nama asli calon anggota berikut asal-usulnya akan dihapus begitu memasuki kamp Aubagne dan selanjutnya calon anggota akan memakai identitas baru yang diberikan oleh FFL.
Kontrak menjadi anggota FFL minimal 5 tahun dan sesudahnya anggota FFL bisa mengajukan diri untuk menjadi warga negara Prancis.
Setelah menjalani pendidikan militer secara umum anggota FFL kemudian akan bergabung kedalam resimen-resimen dan mendapatkan kemampuan sesuai spesifikasi satuannya.
Pendidikan yang diberikan selain kemampuan perorangan juga ketrampilan tempur infantri dan penguasaan senjata seperti senapan serbu FAMAS, melempar granat, menembak pistol kaliber 9 mm, dan kemampuan mengoperasikan peluncur roket anti tank.
Kemampuan khusus yang diperoleh anggota FFL dengan susah payah demi mendapatkan topi khas FFL, Kepi Blanc, dan sekaligus merupakan tanda diterimanya sebagai anggota baru legiun adalah long march sejauh 50 km.
Long march yang dijalani pada masa pendidikan awal itu selanjutnya akan menjadi tradisi tahunan bagi tiap regiment tapi dengan jarak yang lebih jauh, 160 km dan dikenal sebagai March Or Die.
Peringatan baris tahunan itu adalah untuk menjiwai sebuan peristiwa historis sebuah resimen FFL yang bertugas di Afrika pada masa lampau.
Berkat baris long march itu, reseimen FFL bisa lolos dari kehancuran dan melanjutkan lagi misi tempurnya.
Oleh karena itu sebagai sebuah tradisi tugas-tugas awal anggota FFL baru selalu dikirim ke kawasan Afrika seperti diterjunkan ke kawasan Pantai Gading, Tanduk Afrika, Chad, Djibouti, dan lainnya.
(Baca juga: Ingin Menggoda Suami, Cara Perempuan Prancis Ini Mungkin Bisa Kita Coba)
Dari tugas di kawasan yang selalu bergolak itu, kemampuan anggota FFL bisa dievaluasi dan kemudian baru dikirim lagi ke kawasan lain yang bergolak.
Baik bertugas sebagai pasukan tempur maupun pasukan pemelihara perdamaian PBB (Peace Keeping Force).
Tugas sebagai pasukan PBB bagi anggota FFL sangat prestisius mengingat pada masa lalu mereka lebih dikenal sebagai pasukan yang terdiri dari gerombolan bajingan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR