Advertorial
Intisari-Online.com – Chris Lewa, direktur Proyek Arakan, yang memantau kekerasan di negara bagian Burma, Rakhine, mengatakan bahwa organisasinya telah mendokumentasikan pembunuhan setidaknya 130 orang dalam satu pemukiman di wilayah Rathedaung.
“Setidaknya 130 orang telah terbunuh, namun kami pikir jumlahnya lebih,” kata Lewa dilansir dari independent.co.uk.
Lewa menjelaskan bahwa pasukan keamanan telah mengepung desa dan kemudian menembak orang Rohingya tanpa pandang bulu.
“Kami memiliki laporan tentang setidaknya tiga desa lain di mana puluhan orang juga telah terbunuh.”
“Apa yang kami temukan adalah telah terjadi pembunuhan dan militer serta warga sipil lainnya mengumpulkan mayat dan membakar mereka agar tidak meninggalkan bukti apapun.”
Namun laporan tersebut belum dikonfirmasi dan Proyek Arakan belum melakukan wawancara rinci dengan korban di Bangladesh.
Menurut badan pengungsi PBB, diperkirakan hampir 400 orang tewas dalam kerusahan dan ada 73.000 orang telah melintasi perbatasan ke Bangladesh sejak kekerasan ini pecah pada 25 Agustus.
Tidak heran kamp pengungsi hampir terisi penuh.
Sementara itu, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, telah meminta Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, untuk mengutuk perlakukan “tragis dan memalukan” terhadap orang-orang Rohingya di Burma.
Serta meminta para korban menunggu sampai ada tindakan atas kerusuhan tersebut.