Advertorial

Ingin Salurkan Bantuan kepada Rohingya? Minimal Kita Harus Siapkan ‘Mahar’ Segini untuk Militer Myanmar

Ade Sulaeman

Editor

Dalam beberapa kesempatan, pemberi bantuan juga harus mengendap-endap dari pantauan militer Myanmar saat akan menyalurkan bantuan.
Dalam beberapa kesempatan, pemberi bantuan juga harus mengendap-endap dari pantauan militer Myanmar saat akan menyalurkan bantuan.

Intisari-Online.com - Badan Amil Zakat Nasional Bambang Sudibyo mengatakan Indonesia belajar dari kesalahan Malaysia dalam upayanya menyalurkan bantuan kepada etnis tertindas Rohingya di Myanmar.

"Malaysia gagal masuk ke kawasan Rohingya di Myanmar karena keliru pendekatan cara masuknya," kata Bambang di kantornya Jakarta, Senin.

Dia mengatakan otoritas Malaysia saat berupaya menyalurkan bantuan untuk Rohingya tergolong mendikte Myanmar sehingga mendapatkan resistensi dari otoritas setempat.

Sementara Indonesia menyalurkan bantuan ke Rohingya dengan tetap mendorong diplomasi tanpa berupaya mendikte.

Baznas bersama sejumlah lembaga amil zakat, kata dia, turut bergabung untuk membantu menyalurkan donasi untuk Rohingya lewat koordinasi dengan pemerintah Indonesia.

Kepala Baznas Tanggap Bencana (BTB) Ahmad Fikri mengatakan meski mendapatkan akses masuk ke kawasan Rohingya tapi bantuan tidak mudah disalurkan.

Fikri yang turut terjun ke kawasan Rohingya di daerah Sittwe, ibu kota Rakhine state, Myanmar mengatakan dalam beberapa kesempatan harus mengendap-endap dari pantauan militer Myanmar saat akan menyalurkan bantuan.

Salah satu kawasan yang diwaspadai adalah kawasan persimpangan jalan yang banyak ditempati awak militer Myanmar.

Dia mengatakan mendapatkan bantuan dari warga lokal dan aktivis kemanusiaan sehingga kerap bisa menerobos lapisan pengawasan militer Myanmar untuk menyalurkan bantuan.

Dalam menyalurkan bantuan, kata dia, terkadang pihaknya menyaksikan sejumlah lembaga kemanusiaan lain harus memberi sejumlah "mahar", sedikitnya senilai Rp20 juta atau lebih, kepada otoritas militer di suatu wilayah agar bisa menyalurkan bantuan untuk etnis Rohingya.

Saat menyalurkan, lanjut dia, tim penyalur bantuan juga tidak bisa berlama-lama di daerah yang didiami oleh orang Rohingya dengan alasan keamanan.

Hal itu juga harus segera dilakukan saat hari masih terang karena jika semakin gelap terjadi kekhawatiran ancaman keselamatan jiwa para penyalur bantuan.

Kendati mengalami banyak kendala, Fikri mengatakan pihaknya berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyalurkan bantuan kepada Rohingya.

"Mereka sangat membutuhan logistik. Semua kebutuhan sangat minim dan paling mendasar logistik. Tanpa dukungan fasilitas kesehatan mereka juga rentan untuk bisa bertahan dari hari kehari," kata dia.

(Anom Prihantoro)

Artikel ini sudah tayang di antaranews.com dengan judul “Indonesia belajar dari kesalahan Malaysia tembus Rohingya”.

Artikel Terkait