Advertorial

Mengerikan! Peneliti Prediksi Terjadinya Kematian Massal pada 2050, Pencegahnya Benar-benar Ada di Tangan Anda Sendiri

Mentari DP
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

90.000 warga Inggris serta 2,4 juta orang di Eropa, Amerika Utara, dan Australia dilaporkan akan tewas pada tahun 2050.
90.000 warga Inggris serta 2,4 juta orang di Eropa, Amerika Utara, dan Australia dilaporkan akan tewas pada tahun 2050.

Intisari-Online.com – Sebuah laporan dari The Organisation for Economic Co-operation and Development atau (OECD) menuliskan sesuatu yang mengerikan.

Dilaporkan lebih dari 90.000 orang di Inggris akan tewas dalam tiga dekade ke depan.

Tidak hanya warga Inggris, 2,4 juta orang di Eropa, Amerika Utara, dan Australia juga akan mengalami hal yang sama pada tahun 2050.

Apa yang menyebabkan kematian massal tersebut?

Baca Juga : Anjing 'Jelek' Ini Dijauhi Orang karena Terus Menjulurkan Lidahnya, Tapi Keluarga Ini Justru Sangat Mencintainya

Dilansir dari theguardian.com pada Rabu (7/11/2018), OECD memperkirakan kematian massal ini terkait peningkatan infeksi bakteri yang resisten (kebal) terhadap antibiotik.

Diketahui, infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik merupakan salah satu ancaman terbesar bagi obat modern dan kehidupan modern di masa depan.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Perlu ada tindakan yang diambil untuk menghentikan peningkatan infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Anda tidak perlu memikirkan hal-hal yang besar. Seperti gerakan atau kampanye, cukup lakukan yang kecil-kecil.

Contoh mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau habis dari toilet.

Baca Juga : Link Live Streaming, Indonesia vs Singapura, Penampilan Perdana di Piala AFF

Bahkan menurut peneliti, cara sederhana ini dapat mencegah beberapa penyakit hingga kematian.

Untuk skala yang lebih besar, Anda bisa menggunakan antibiotik yang telah diuji.

Laporan itu mengatakan peningkatan pengujian cepat untuk memastikan pasien diberi obat yang tepat juga dapat membantu mengatasi kriris kesehatan jangka banyak.

Apalagi laporan juga mengatakan bakteri yang resistensi terhadap antibiotik biasanya tumbuh lebih cepat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Laporan itu memperingatkan bahwa Eropa selatan berisiko sangat terpengaruh.

Bahkan negara besar seperti Italia, Yunani, dan Portugal diperkirakan berada di peringkat teratas negara-negara OECD dengan tingkat kematian tertinggi.

Cara lain menurut laporan tersebut adalah tidak banyak mengkonsumsi obat. Cukup satu atau maksimal dua buah obat.

Hal ini dikarenakan, semakin banyak obat yang kita minum, dikhawatirkan bakteri akan kebal terhadap antibiotik.

Oleh karenanya, beberapa pejabat kesehatan di Inggris meluncurkan kampanye untuk mencoba mencegah orang-orang mengkonsumsi obat-obatan yang tidak mereka membutuhkannya.

Baca Juga : Terkenal Sadis, Gembong Narkoba El Pacho Ternyata Mohon-mohon untuk Lakukan Ini Kepada Istrinya Sebelum Sidang

Cara ini bisa Anda coba di rumah.

Seperti tidak langsung minum obat ketika demam. Anda bisa gunakan cara tradisional. Namun jika panas Anda terjadi beberapa hari, Anda bisa minum obat dan bertemu dokter.

Menurut Kesehatan Masyarakat Inggris, antibiotik sangat penting untuk mengobati infeksi bakteri yang serius.

Tetapi obat-obatan itu sering diresepkan untuk batuk, sakit tenggorokan dan sakit telinga. Padahal beberapa kondisi kesehatan ini biasanya membaik tanpa obat.

Karenanya, judul kampanye dari badan kesehatan ini mengingatkan orang-orang bahwa jika mereka merasa tidak sehat, mereka tidak selalu perlu menggunakan antibiotik.

Tim Jinks, kepala program prioritas infeksi yang resistan terhadap obat Wellcome Trust, mengatakan, cara ini sangat sederhana untuk mencegah resistensi.

Apalagi juga hemat biaya.

Sekarang, OECD tengah melakukan infeksi jangka pendek untuk menghentikan peningkatan infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Sebab cara ini akan menelan biaya hanya 2 US Dollar (Rp29.000) per orang per tahun.

Baca Juga : Teori Hilangnya Pesawat MH370 Malaysia dan Klaim Terbaru yang Mengatakan Pesawat Masih Utuh di Dasar Samudra Hindia

Artikel Terkait