Kaktus yang nyeleneh ini hidup asli di Meksiko (di sana disebut pitahaya), Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara. Di sini ia dipanggil pitaya roja (pitaya merah).
Sebagai hasil hutan, pitahaya dan pitaya sudah lama dimanfaatkan buahnya oleh orang Indian, tetapi selama itu tidak pernah diberitakan dalam media massa dunia.
Pada tahun 1870, tanaman itu dibawa orang Prancis dari Guyana, Amerika Selatan bagian utara, ke Vietnam sebagai tanaman hias untuk bagus-bagusan.
Pitahaya memang menarik. Batangnya saja sudah aneh, berbentuk segitiga. Mana ada tanaman yang berbatang segitiga? (Yang segi empat dan bulat banyak!)
Keanehan kedua ialah, durinya pendek sekali dan tidak mencolok, sampai mereka dianggap "kaktus tak berduri".
Tetapi yang paling aneh ialah bunganya. Mekarnya mulai senja, kalau kuncup bunga sudah sepanjang 30 cm.
Itulah saatnya kita mengundang para tetangga dan handai taulan pencinta bunga untuk menyaksikan mekarnya pitahaya.
Boleh dikata dengan cepat, mahkota bunga bagian luar yang krem itu mekar pada pukul 21.00 (kira-kira), lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih, meliputi sejumlah benangsari yang kuning.
Bunga seperti corong itu akhirnya terbuka penuh pada tengah malam. Itulah sebabnya ia tersiar luas ke seluruh dunia sebagai night blooming cereus. Sambil mekar penuh ini, ia menyebar bau yang harum.
Ternyata bau ini disebar ke seluruh penjuru angin malam, untuk menarik para kelelawar, agar sudi kiranya datang bertandang untuk menyerbuki bunga itu.
Dalam gelap gulitanya hutan belantara malam, mata kelelawar memang kurang awas, tetapi hidungnya "tajam".
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR