Advertorial
Intsari-Online.com – Apakah Cindy Adams dipilih menjadi penulis biografi Bung Karno, semata-mata karena ia wanita?
Cindy sendiri tidak menafikan kemungkinan itu. Kerupawanan wartawati kantor berita North American Newspaper Alliance (NANA) ini sekelas foto model.
Cindy, wanita yang karena latar belakang budaya maupun profesinya sebagai wartawan politik, terbiasa berbicara langsung, menggelitik, bahkan mengritik, merekam pengamatannya atas diri BK dengan sentuhan humor yang cerdas dalam Sukarno My Friend (1971).
(Baca juga:Mangil, Kepala Polisi Pengawal Bung Karno yang Ternyata Tak Tahu Jika Proklamasi akan Dibacakan)
Dalam bab berjudul "Sukarno The Big Bapak", ia menulis:
"Seorang seniman jarang pandai dalam hal bisnis. Sukarno itu seniman. Orang yang punya visi. Ia melukis mimpi-mimpinya dengan kata-kata ....Cindy memang pandai sekali mengemas kritiknya."Pada dasarnya Sukarno meyakini bahwa untuk membangun suatu bangsa rakyatnya harus dibangun dulu.
Sebagai penyatu heterogenitas rakyatnya, ia telah memberikan satu bangsa, satu bendera, satu bahasa.
Karena belum bisa menurunkan harga barang-barang dan meningkatkan kesejahteraan, sebagai gantinya ia berikan kepada rakyatnya tulang punggung dan kemampuan untuk bersatu teguh dalam nasionalisme yang masih baru dalam perang merebut Irian....
Didesainnya monumen berlapis emas dan gedung pencakar langit.
Digunakannya bantuan dari Rusia untuk membangun stadion dengan atap melingkar untuk sebuah bangsa yang masih belum mampu untuk membeli tiket pameran.
Dipakainya bantuan Amerika untuk membangun jalan layang berbentuk daun semanggi untuk rakyat yang (sebagian besar) masih mengendarai gerobak sapi..
Sukarno mengatakan kepada saya, 'Walaupun rakyat saya kelaparan, saya tetap akan menggunakan $2,50 dari tiap $5.00 untuk memberi makanan rohani bagi mereka.'
"Tentu selalu ada pemikiran yang berpendapat bahwa barangkali rohaninya sendirilah yang membutuhkan makanan.,...
Namun dalam pemikiran Sukarno, dia dan Indonesia adalah satu. Tak terpisahkan. Apa pun yang memuliakan dirinya, akan memuliakan negaranya."
Namun lebih banyak Cindy memotret sebuah pribadi yang amat manusiawi, yang penuh kehangatan dan jauh dari hipokrisi.
Misalnya, pada perkenalan mereka yang pertama dalam sebuah wawancara, pertanyaan pertamanya, "Sir, mengapa Anda selalu mengenakan seragam?" yang dijawab BK dengan panjang lebar bahwa rakyatnya membutuhkan simbol otoritas.
(Baca juga:Mendengarkan, Bentuk Keramahan Rohani)
Namun Cindy dengan gaya Amerikanya yang santai mengomentari. "I don't think so, honey. Saya rasa Anda mengenakan itu karena Anda tahu Anda tampak gagah sekali."
Tentu saja BK terperangah. la tidak terbiasa mendapat jawaban demikian.
Lalu pecah tawanya sambil mengatakan, "You're right, but don't tell anybody." (LW)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2001)