Intisari-Online.com – Suatu ketika, sebuah roda kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia tampak sedih.
Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu saja, ia tak bisa lagi berjalan dengan lancar.
Hal ini pasti terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi hutan. Karena terburu-buru, ia lupa, ada satu jari-jari yang jatuh dan terlepas.
Kini sang roda pun bingung. Ke mana ia harus mencari satu bagian tubuhnya itu?
(Baca juga: Cara Terindah untuk Berbagi adalah saat Kita dapat Tetap Memberi Meski Kita Sendiri Kekurangan)
Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah ditinggalkannya. Perlahan, ditapakinya jalan-jalan yang sudah ia lalui.
Satu demi satu diperhatikannya dengan seksama. Setiap benda ia amati dan dicermati, berharap akan ditemukannya jari-jari yang hilang itu.
Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam.
Hei… semuanya tampak lain. Ya, sewaktu roda tadi melintasi jalan itu dengan laju yang kencang, semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya tampak biasa dan tak ada yang istimewa.
Namun kini, semuanya tampak lebih indah. Rerumputan dan ilalang tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak hanya berupa batang-batang yang kaku.
Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang, dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu pun bergesek dengan lembut di sisi sang roda.
Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya. Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa menyegarkan.
Kuntum-kuntum yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR