Intisari-Online.com – Grup Band Cokelat masih menjadi satu-satunya grup musik yang konsisten menghasilkan karya untuk mendongkrak nilai nasionalisme pendengarnya. Tak heran, karya-karya mereka seringkali digunakan sebagai ikon di acara-acara kenegaraan. Bukan sekadar lagu, karya musik yang ditelurkan oleh Cokelat memang berasal dari keprihatinan pribadi masing-masing personilnya untuk Indonesia.
Edwin (Gitaris), Ronny (Bassist), dan Jakcline (vokalis) berbagi soal arti karya dan senyuman dalam hidup mereka dengan Intisari (14/01). “Bagi saya, karya itu adalah anak! Artinya, karya adalah anugerah dari Tuhan sama seperti keturunan, saya tidak boleh gagal dalam membina karya itu, karena enggak semua orang bisa memiliki karya,” ujar Ronny lugas.
Berbeda dengan Edwin, pria ini melihat karya bukan hanya sebagai objek semata. “Sebagai musisi, karya saya adalah musik. Sama seperti makan adalah kebutuhan manusia, bagi saya berkarya melalui musik adalah kebutuhan dan saya ingin karya itu menginspirasi orang banyak. Bayangkan apa yang akan terjadi jika satu hari saja kita dilarang untuk mendengar musik?” jelasnya.
Sebagai vokalis, Jakline memandang bahwa karya adalah sebuah jejak. Baginya karyanya dan apa yang disampaikannya melalui karya itu, akan meninggalkan jejak yang akan diingat selalu oleh orang banyak.
Sebagai duta Gerakan Budaya Bersih dan Senyum dari Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Cokelat punya cerita sendiri untuk memaknai arti sebuah senyuman. Edwin misalnya, merasakan senyum anak-anaknya ketika mereka masih bayi adalah momen yang sulit terlupa. Tak jauh beda dengan Ronny, senyum keluarga di rumah adalah senyum paling dinantinya setiap hari. Jackline bahkan mengakui, senyuman adalah pencair suasana di saat-saat menegangkan.
Cokelat akan terus konsisten berkarya dengan menghasilkan musik yang tidak melulu berkisah tentang patah hati, tapi lagu yang membuat pendengarnya termotivasi. Band ini juga menyatakan tekadnya untuk terus mendukung Indonesia, salah satunya dengan menggunakan alat musik produk Indonesia. Sukses terus, Cokelat!