Lalu, hitung, apakah hasil pengembangan dana masih cukup membayar biaya proteksi asuransi. Kalau cukup, berarti Anda tak perlu menambah dana lagi. “Kalau tidak cukup, Anda harus tambah premi lagi, karena dana sudah tergerus,” ujar Freddy.
Hanya, bila premi yang dibutuhkan lebih besar dari hasil pengembangan, Anda perlu mempertimbangkan untuk menurunkan angka uang pertanggungan (UP). Memang, manfaat asuransinya berkurang tapi ini harus dilakukan agar hasil pembiakan dana tetap mencukupi untuk membayar premi.
(Baca juga: Merencanakan Keuangan Keluarga, Hindari Besar Pasak daripada Tiang)
Manfaat sampingan
Kedua, Anda bisa menarik semua dana dari produk unitlink. Selanjutnya, beli produk asuransi yang murni proteksi. Sisihkan juga dana untuk investasi sesuai tujuan keuangan yang ingin Anda capai.
Misalnya, Anda ingin menyiapkan biaya kuliah untuk anak. Kalau buah hati Anda baru akan kuliah paling cepat lima tahun mendatang, Freddy merekomendasikan saham. “Beli saham blue chip yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Pilih sekuritas yang aman dan punya nama,” imbuh Freddy.
Sedang untuk dana pensiun, Anda bisa membiakkan dana di instrumen properti. Freddy mengatakan, harga properti cenderung terus menanjak, kecuali apartemen yang pernah stagnan bahkan turun harga.
Meski begitu, Anda tetap harus punya asuransi. Pasalnya, percuma bila dana untuk masa depan tercukupi, tapi tak ada jaminan ketika sakit atau meninggal dunia. “Asuransi dan investasi bak dua kaki yang kita miliki. Keduanya dibutuhkan untuk berjalan, tapi tentu tak bisa disatukan, kecuali Anda pocong,” tutur Freddy.
Untuk pencari nafkah tunggal, perlu asuransi jiwa berjenis term life. Yang paling perlu diperhitungkan untuk menentukan UP ialah, biaya hidup dan pendidikan anak sampai kuliah kelar. Sang istri juga perlu punya asuransi, walaupun dengan UP tak sebesar suami.
Cuma, Eko Endarto, Perencana Keuangan Finansia Consulting, punya pendapat beda. Menurut dia, imbal hasil dari unitlink yang dimiliki Ari tergolong bagus.
Sebab, dana pokok tidak hilang. Sebagai nasabah asuransi, Ari juga masih memiliki tambahan perlindungan jiwa dan kesehatan.
(Baca juga: 5 Alasan Ini Bakal Bikin Kita Sadar Perlunya Persiapkan Pensiun di Usia Muda)
Ketika bicara investasi, Eko bilang, masyarakat harus paham, unitlink bukanlah instrumen investasi murni. “Investasi merupakan manfaat sampingan dan proteksi merupakan manfaat utama,” tegasnya.
Nasabah memang harus mengevaluasi produk unitlink-nya dalam lima tahun. Pada tahun kelima, hampir semua premi masuk ke instrumen investasi. Dus, Eko menyebutkan, imbal hasil jadi optimal.
Selanjutnya, nasabah bisa mengambil imbal hasil selama lima tahun untuk dipindahkan ke instrumen investasi lain. Ambil contoh, properti atau reksadana saham. “Tapi, kalau dananya didiamkan pun tidak masalah,” kata Eko.
Bila dana ditarik semuanya, nasabah bisa membeli instrumen investasi lain. Tapi, nasabah bakal kehilangan manfaat perlindungan yang berguna ketika sakit bahkan meninggal. “Kalau uangnya digunakan untuk beli asuransi lagi, bisa jadi rugi karena premi tambah mahal lantaran usia yang sudah bertambah,” sebut Eko.
Pikir plus minusnya.(Marantina)
*Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul Asuransi dan investasi tak bisa disatukan
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR