Intisari-Online.com - Orang kadang kala berpikir, tujuan berinvestasi itu untuk mendapatkan keuntungan. Ini tidak salah, tapi juga tidak 100% benar. Investasi bertujuan untuk mengelola keuangan kita agar optimal sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi, bagaimana harus berinvestasi? Berikut 4 langkah jitu dalam berinvestasi.1. Jangan takutKadang kala seseorang tidak memiliki keberanian untuk memulai berinvestasi. Padahal, sadar atau tidak, dengan menabung di bank pun kita telah melakukan investasi. Kalau begitu, kenapa harus takut memulai dengan reksadana, asuransi, atau saham?Seperti telah diuraikan, semua bentuk investasi memiliki risiko yang mau tidak mau harus kita terima. Jadi, bagaimana agar tidak salah memilih? Lakukanlah dengan benar, carilah informasi sedalam-dalamnya tentang produk tersebut, mintalah saran dari manajer investasi atau perencana keuangan, dan jangan lupa, selalu minta pemaparan yang jelas dan transparan terhadap risiko yang mungkin terjadi.Bila semua sudah didapat dan diketahui, kenapa harus takut?2. Tentukan tujuan investasi.Bila ingin berinvestasi, tentukan dulu tujuan berinvestasi. Dengan adanya tujuan, kita memiliki arah yang jelas akan investasi kita. Misalnya, berinvestasi untuk keperluan anak sekolah, untuk membeli mobil baru, untuk membeli rumah, dan sebagainya.3. Disiplin dengan jangka waktu investasi.Ada tiga jenis jangka waktu investasi, yaitu investasi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Ketiganya memiliki karakteristik dan tingkat pengembalian, juga risiko, yang berbeda.Bila ingin berinvestasi jangka pendek, sebaiknya tidak masuk pada instrumen investasi jangka panjang. Begitu pula sebaliknya. Sebab, hal ini akan mengakibatkan tujuan investasi tidak tercapai. Misalnya, kalau ingin berinvestasi untuk pendidikan anak, tidaklah pas bila kita meletakkan dana hanya di tabungan dan deposito. Soalnya, tingkat pengembalian dari dua jenis investasi perbankan ini hanya untuk jangka pendek dan menengah.4. Sesuaikan investasi dengan karakter risiko kita.Bila termasuk yang berisiko netral, jangan tergiur melakukan investasi yang berisiko tinggi. Memang return yang ditawarkan lebih tinggi. Namun ingat, di sini dibutuhkan keahlian dan kemampuan analisis investasi yang kuat juga, mengingat besarnya tingkat risiko yang menyertai investasi itu.Misalnya, kita telah melakukan investasi di reksadana saham yang return-nya terukur, mungkin sekitar 25 - 40% per tahun. Nah, kalau return sebesar itu sudah sesuai dengan tujuan investasi kita, kenapa harus mencoba bermain saham langsung di pasar, walaupun return yang ditawarkan mungkin bisa 25 - 40% per bulan, tapi risiko kita pasti lebih besar daripada berinvestasi di reksadana?Selamat berinvestasi.--Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari Edisi "Family Financial Planning" tahun 2005 yang ditulis oleh Eko Endarto, R.F.A, staf perencanaan keuangan, di jakarta. Judul asli tulisan ini adalah "Takut Berinvestasi? Enggak Lagi!"