Intisari-Online.com - Menurut temuan terakhir Manulife Investor Sentiment Index, investor Indonesia menunjukkan optimisme yang tinggi ketika ditanya tentang rencana pensiun serta pandangan mereka terhadap pasar investasi. Optimisme semu ini diperkirakan akan terus mengemuka jika derajat melek keuangan masyarakat tidak segera ditingkatkan dan investor masih enggan menggunakan lebih banyak kendaraan investasi yang tersedia di pasar.
Lebih dari tiga perempat investor sangat optimis dapat mempertahankan gaya hidup mereka saat ini pada masa pensiun kelak. Bahkan, hampir seluruh investor (97 persen) yakin akan memiliki penghasilan pasca-pensiun dari berbagai sumber yang bernilai setara dengan 84 persen penghasilan mereka saat ini.
Sayangnya, optimisme ini tidak didukung dengan aksi nyata. Faktanya, hanya 43 persen masyarakat sudah menyiapkan masa pensiunnya, dan 34 persen uang mereka disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito bank yang memberikan imbal hasil relatif kecil.
Jika ditilik, optimisme tersebut tidak memiliki dasar yang kuat. Investor Indonesia berharap tabungan akan menyumbang paling tidak 26 persen dari anggaran pensiun mereka nanti. Penghasilan dari pekerjaan pascapensiun pun menjadi opsi sumber dana dengan kontribusi sebesar 18 persen, diikuti dengan warisan sebesar 10 persen.
Padahal, ketersediaan sumber-sumber dana tersebut dipengaruhi banyak faktor. Misalnya, tabungan yang sudah direncanakan bisa jadi tidak bisa menaklukkan laju inflasi atau bahkan kehilangan nilainya pelan-pelan karena gerusan inflasi. Disamping itu, mencari kerja di usia tua bukanlah hal mudah karena pertimbangan kesehatan dan kondisi industri yang berubah. Untuk bergantung pada warisan pun bukanlah hal yang tepat karena unsur ketidakpastian.
Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa hanya 22 persen investor mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah. Angka tersebut merupakan yang terendah di Asia, jauh lebih rendah daripada angka rata-rata di Asia sebesar 67 persen. Sayangnya, masyarakat Indonesia juga tidak tertarik untuk membeli program pensiun tambahan sebagai alternatif. Hanya 15 persen orang Indonesia memiliki program pensiun dari institusi swasta untuk memenuhi target dana pensiun.
"Masyarakat sepertinya terlalu mengandalkan sumber-sumber pendanaan yang tak pasti untuk membiayai hidup mereka di hari tua,” kata Nur Hasan Kurniawan, Chief of Employee Benefits, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.
Nur menambahkan, “Ada kekhawatiran bahwa ekspektasi mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan, terlebih lagi hanya sedikit investor yang mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah atau yang berupaya untuk memperkecil kesenjangan tersebut dengan membeli program pensiun dari institusi swasta.”
Nah, mari pikirkan sejak sekarang untuk berinvestasi. Biar pensiun tetap bahagia tanpa terlilit masalah uang.