Advertorial

Belajar dari Ari Wibowo, Jangan Menyatukan Asuransi dan Investasi

Agus Surono

Penulis

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Itulah yang bisa dipetik dari Ari Wibowo dalam hal investasi.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Itulah yang bisa dipetik dari Ari Wibowo dalam hal investasi.

Intisari-Online.com -Pengalaman adalah guru terbaik. Itulah yang Ari Wibowo rasakan dalam berinvestasi.

Tujuh tahun silam, aktor ini membeli produkunitlinkdari salah satu perusahaanasuransiternama. Lantas setelah lima tahun, ia mengecek portofolio investasi yang ada pada produk itu.

Dalam benaknya, uang yang dia tanamkan sudah beranak-pinak. Tapi, betapa terkejut pria kelahiran Berlin, Jerman, ini begitu tahu uangnya tidak berkembang sesuai harapan.

Dalam lima tahun, dana milik Ari diunitlinktersebut hanya bertambah 7,5%. “Saya tak mau bilang saya ditipu. Ternyata, angka-angka yang dulu dijanjikan oleh sang agenasuransisemata-mata asumsi,” ujarnya.

Sejak saat itu, Ari mendapat pengalaman: produkasuransidan investasi tak bisa disatukan. Lelaki 46 tahun ini pun langsung memperkaya pengetahuan dari berbagai sumber.

(Baca juga:Begini Menghitung Biaya Pendidikan Anak)

Kemudian, ia memutuskan membeli produkasuransimurni tanpa embel-embel investasi. Demikian sebaliknya.

Membiakkan duit di keranjangunitlinkyang Ari anggap sebagai sebuah kegagalan membuatnya cenderung konservatif dalam berinvestasi.

Maklum, adik aktris Ira Wibowo ini merupakan pencari nafkah tunggal di keluarganya. Selain itu, dia punya kewajiban menggaji karyawan yang bekerja di beberapa bisnis yang dilakoninya.

Setelah menarik semua dana di produkunitlink, Ari lalu menaruh sebagian besar uangnya di deposito. Ia juga berinvestasi pada instrumen logam emas dan properti. Dia pun bermain saham melalui broker.

Beda konsep

Memang, bukan cuma Ari, banyak yang tertarik memilikiunitlinklantaran manfaatcomboyang ditawarkan bahkan dijanjikan. Tapi, Freddy Pieloor, perencana keuangan independen, menegaskan, konsepasuransidan investasi beda.

Produkasuransimemberi jaminan proteksi, sementara instrumen investasi bertujuan mengembangkan dana. “Konsepnya saja berbeda, jadi tak seharusnya disatukan,” ucapnya.

Pada produkunitlink, sebagian uang yang nasabah setor digunakan sebagai premiasuransi. Sebagian lagi untuk investasi.

Namun, dengan besaran uang setoran yang sama,unitlinktidak bisa memberi uang pertanggungan dengan nilai sebesarasuransimurni. Sebaliknya,unitlinkjuga tidak bisa memberi hasil investasi sebesar produk investasi murni.

Freddy menambahkan, uang yang mesti nasabah keluarkan untuk memiliki produkunitlinkjuga dua kali lipat lebih mahal dibanding membeli produkasuransimurni. “Banyak perusahaanasuransijiwa mengenakan biaya administrasi bulanan yang lumayan besar ketika nasabah beliunitlink,” bebernya.

Instrumen investasi dalam produkunitlinkkebanyakan merupakan reksadana yang dikelola manajer investasi (MI). Saat perusahaanasuransimemindahkan dana ke MI, ada biaya pengelolaan yang dibebankan peracik reksadana itu kepada nasabahunitlink.

(Baca juga:Asuransi Pendidikan Cocok untuk Orangtua yang Awam Investasi)

Bukan cuma itu, perusahaanasuransijuga mengutip biaya manajemen ke nasabah. “Nasabah dibebankan dua biaya manajemen,” ungkap Freddy.

Kala menambah dana investasi, nasabah bakal dikenakan biaya berkisar 5% dari nilai tersebut. Biaya yang tinggi ini membuat dana investasi tidak bisa tumbuh maksimal.

Menurut Freddy, imbal hasil produkunitlinkjuga tidak optimal karena dana nasabah dipakai untuk biaya komisi agen sebesar 30%–40%, jalan-jalan agen ke luar negeri, serta untuk atasan dan kantor agen.

Dalam dua tahun pertama, dana yang ditempatkan di produkunitlinktidak bertumbuh sama sekali. Bahkan dalam lima tahun, ada potensi dana nasabah tergerus hingga 25%.

Nah, bila terlanjur membeliunitlink, Freddy menyarankan, untuk produk yang berusia setahun sampai tiga tahun, sebaiknya nasabah menarik semua dana alias menutup produkasuransiberbalut investasi tersebut. Sebab, biaya akuisisi atautop upmasih besar. Padahal, dana nasabah belum berkembang sama sekali.

Tapi, jika dana di produkunitlinksudah mengendap selama lima tahun, Freddy menawarkan beberapa pilihan.

Pertama, diamkan saja dana Anda. Soalnya, setelah lima tahun, perusahaanasuransibiasanya membebaskan biaya akuisisiunitlink.

Lalu, hitung, apakah hasil pengembangan dana masih cukup membayar biaya proteksiasuransi. Kalau cukup, berarti Anda tak perlu menambah dana lagi. “Kalau tidak cukup, Anda harus tambah premi lagi, karena dana sudah tergerus,” ujar Freddy.

Hanya, bila premi yang dibutuhkan lebih besar dari hasil pengembangan, Anda perlu mempertimbangkan untuk menurunkan angka uang pertanggungan (UP). Memang, manfaatasuransinya berkurang tapi ini harus dilakukan agar hasil pembiakan dana tetap mencukupi untuk membayar premi.

(Baca juga:Merencanakan Keuangan Keluarga, Hindari Besar Pasak daripada Tiang)

Manfaat sampingan

Kedua, Anda bisa menarik semua dana dari produkunitlink. Selanjutnya, beli produkasuransiyang murni proteksi. Sisihkan juga dana untuk investasi sesuai tujuan keuangan yang ingin Anda capai.

Misalnya, Anda ingin menyiapkan biaya kuliah untuk anak. Kalau buah hati Anda baru akan kuliah paling cepat lima tahun mendatang, Freddy merekomendasikan saham. “Beli sahamblue chipyang memiliki potensi besar untuk berkembang. Pilih sekuritas yang aman dan punya nama,” imbuh Freddy.

Sedang untuk dana pensiun, Anda bisa membiakkan dana di instrumen properti. Freddy mengatakan, harga properti cenderung terus menanjak, kecuali apartemen yang pernah stagnan bahkan turun harga.

Meski begitu, Anda tetap harus punyaasuransi. Pasalnya, percuma bila dana untuk masa depan tercukupi, tapi tak ada jaminan ketika sakit atau meninggal dunia. “Asuransi dan investasi bak dua kaki yang kita miliki. Keduanya dibutuhkan untuk berjalan, tapi tentu tak bisa disatukan, kecuali Anda pocong,” tutur Freddy.

Untuk pencari nafkah tunggal, perluasuransijiwa berjenisterm life. Yang paling perlu diperhitungkan untuk menentukan UP ialah, biaya hidup dan pendidikan anak sampai kuliah kelar. Sang istri juga perlu punyaasuransi, walaupun dengan UP tak sebesar suami.

Cuma, Eko Endarto, Perencana Keuangan Finansia Consulting, punya pendapat beda. Menurut dia, imbal hasil dariunitlinkyang dimiliki Ari tergolong bagus.

Sebab, dana pokok tidak hilang. Sebagai nasabahasuransi, Ari juga masih memiliki tambahan perlindungan jiwa dan kesehatan.

(Baca juga:5 Alasan Ini Bakal Bikin Kita Sadar Perlunya Persiapkan Pensiun di Usia Muda)

Ketika bicara investasi, Eko bilang, masyarakat harus paham,unitlinkbukanlah instrumen investasi murni. “Investasi merupakan manfaat sampingan dan proteksi merupakan manfaat utama,” tegasnya.

Nasabah memang harus mengevaluasi produkunitlink-nya dalam lima tahun. Pada tahun kelima, hampir semua premi masuk ke instrumen investasi. Dus, Eko menyebutkan, imbal hasil jadi optimal.

Selanjutnya, nasabah bisa mengambil imbal hasil selama lima tahun untuk dipindahkan ke instrumen investasi lain. Ambil contoh, properti atau reksadana saham. “Tapi, kalau dananya didiamkan pun tidak masalah,” kata Eko.

Bila dana ditarik semuanya, nasabah bisa membeli instrumen investasi lain. Tapi, nasabah bakal kehilangan manfaat perlindungan yang berguna ketika sakit bahkan meninggal. “Kalau uangnya digunakan untuk beliasuransilagi, bisa jadi rugi karena premi tambah mahal lantaran usia yang sudah bertambah,” sebut Eko.

Pikir plus minusnya.(Marantina)

*Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judulAsuransi dan investasi tak bisa disatukan

Artikel Terkait