Advertorial
Intisari-Online.com – Alkisah, seorang wanita muda yang sangat bangga karena bisa merawat bunga di kebun bunganya.
Ia telah dibesarkan oleh neneknya yang mengajarinya untuk mencintai dan merawat bunga seperti yang telah dilakukannya sendiri. Sama seperti neneknya, taman bunga itu tidak ada duanya.
Pada suatu hari, sambil melihat-lihat katalog bunga yang sering dipesannya, sebuah gambar tanaman langsung menarik perhatiannya.
Wanita itu belum pernah melihat bunga mekar seperti itu sebelumnya. “Saya harus memilikinya,” katanya pada dirinya sendiri, dan ia pun langsung memesannya.
Ketika pesanannya sampai, ia sudah memiliki tempat yang siap untuk menanamnya. Ditanamnya tanaman itu di dasar dinding batu di bagian belakang halaman rumahnya.
Tanaman itu tumbuh dengan cepatnya, dengan daun hijau yang indah di atasnya, tapi tidak ada yang mekar.
Hari demi hari wanita itu mengolahnya, menyiramnya, memberi makanan, dan bahkan ia berbicara dengan tanaman itu sambil mencoba membujuknya untuk mekar.
Tapi, itu sia-sia belaka.
Suatu pagi beberapa minggu kemudian, saat ia berdiri di depan pohon anggur, ia merenungkan betapa kecewanya ia karena tanamannya tidak mekar.
Ia berpikir untuk menebangnya dan menanam sesuatu yang lain pada tempatnya itu.
Pada titik inilah, tetangganya yang bersebelahan tembok dengannya, memanggilnya, “Terima kasih banyak! Anda tidak bisa membayangkan betapa saya menikmati mekarnya pohon anggur yang Anda tanam itu.”
Wanita muda itu berjalan keluar dari pintu gerbangnya menuju halaman tetangganya, dan ternyata, ia melihat bahwa di sisi lain dinding, pohon anggur itu penuh berbuah dengan lebatnya.
Mekar terindah yang pernah ia lihat. Pohon anggur itu telah merambat melewati celah-celah dan tidak berbunga di sisi pagarnya, tetapi tumbuh subur di sisi lain.
Hanya karena kita tidak dapat melihat hasil kerja kita yang baik, tidak berarti hasil kerja kita tidak berbuah.