Advertorial
Intisari-Online.com – Alkisah, tumbuh tiga pohon besar di atas bukit di hutan. Mereka mendiskusikan harapan dan impian mereka.
Pohon pertama berkata, “Suatu hari saya berharap bisa menjadi peti harta karun. Saya bisa diisi dengan emas, perak, dan permata berharga. Saya bisa dihiasi dengan ukiran yang rumit dan semua orang akan melihat keindahannya.
Kemudian pohon kedua berkata, “Suatu hari nanti saya akan menjadi kapal yang hebat. Saya akan membawa para raja dan ratu melintasi perairan dan berlayar ke penjuru dunia. Semua orang akan merasa aman di dalam diri saya karena kekuatan lambung saya.”
Akhirnya pohon ketiga berkata, “Saya ingin tumbuh menjadi pohon tertinggi dan lurus di hutan. Orang-orang akan melihat saya di puncak bukit dan melihat ke cabang-cabang saya, dan memikirkan langit dan Tuhan dan seberapa dekat mereka bisa saya capai. Saya akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang akan selalu mengingat saya.”
Setelah beberapa tahun berdoa agar impian mereka terwujud, sekelompok penebang kayu menaiki pepohonan. Ketika seseorang sampai di pohon pertama, ia berkata, “Ini seperti pohon yang kuat, saya rasa saya harus menjual kayu ini ke tukang kayu.”
Dan mulailah ia menebang pohon pertama itu. Pohon itu bahagia, karena ia tahu bahwa tukang kayu akan membuatnya menjadi peti harta karun.
Pada pohon kedua seorang tukang kayu berkata, “Ini sepertinya pohon yang kuat, saya harus bisa menjualnya ke galangan kapal.” Pohon kedua merasa bahagia karena ia tahu bahwa ia sedang dalam perjalanan untuk menjadi kapal yang hebat.
Ketika pohon kayu itu sampai di pohon ketiga, pohon itu ketakutan karena ia tahu bahwa jika mereka memotong mimpinya, itu tidak akan menjadi kenyataan.
Salah seorang penebang kayu berkata, “Saya tidak membutuhkan sesuatu yang istimewa dari pohon saya, jadi saya akan mengambil yang ini.” Dan ia memotongnya.
Ketika pohon pertama tiba di tukang kayu, ia dibuat menjadi kotak pakan untuk hewan. Ia kemudian ditempatkan di gudang dan dipenuhi jerami. Sama sekali bukan seperti apa yang selalu ia doakan.
Pohon kedua dipotong dan dibuat menjadi kapal nelayan kecil. Mimpinya menjadi kapal besar yang hebat dan membawa raja telah berakhir.
Pohon ketiga dipotong besar-besar dan ditinggalkan sendirian dalam kegelapan.
Tahun-tahun berlalu, dan pepohonan itu sudah melupakan mimpinya. Kemudian suatu hari, seorang pria dan wania datang ke lumbung. Ia melahirkan dan mereka meletakkan bayi itu di jerami di kotak pakan yang terbuat dari pohon pertama.
Pria itu berharap bisa menyediakan tempat tidur untuk bayi itu, tapi hanya kotak pakan itu yang tersedia. Pohon itu bisa merasakan pentingnya hal itu dan tahu bahwa benda itu menyimpan harta terbesar sepanjang masa.
Bertahun-tahun kemudian, sekelompok pria masuk ke kapal nelayan yang terbuat dari pohon kedua. Salah seorang dari mereka lelah dan tertidur.
Sementara mereka berada di atas air, badai besar muncul dan pohon itu menganggapnya tidak cukup kuat untuk membuat orang-orang itu aman di dalamnya.
Orang-orang membangunkan pria yang sedang tidur itu, yang lalu berdiri dan berkata “damai” dan badai pun berhenti. Pada saat itulah, pohon itu tahu bahwa ia telah membawa Raja dari raja-raja di dalam perahunya.
Akhirnya, seseorang datang dan mendapatkan pohon ketiga. Ketika mereka berhenti, seorang pria dipaku ke pohon itu dan dibiarkan di udara untuk mati di puncak sebuah bukti. Pohon itu menyadari bahwa ia cukup kuat untuk berdiri di puncak bukit dan bisa sedekat mungkin dengan Tuhan.
Moral dari kisah di atas adalah bahwa ketika segala sesuatu sepertinya tidak berjalan sesuai keinginan kita, selalu ketahuilah bahwa Tuhan memiliki rencana lain untuk kita.
Jika kita menaruh kepercayaan pada-Nya, maka Dia akan memberi kita banyak karunia.
Masing-masing pohon mendapatkan apa yang mereka inginkan, meski tidak seperti yang mereka bayangkan.
Kita tidak selalu tahu apa rencana Tuhan bagi kita. Kita hanya tahu bahwa jalan Tuhan bukanlah jalan kita, namun jalan Tuhan selalu yang terbaik.
Terkadang hati melihat apa yang mata tidak bisa.