Si sulung Loong memang mengundang kritik ketika saya menariknya jadi menteri yunior pada kementerian perdagangan dan industri, 1985.
Nyatanya, timnya berhasil mengatasi masalah saat kami dilanda resesi pada 1985. Lebih dari itu, Loong memang memenangkan kursi pemilihan pada Pemilu 1984.
Terlepas dari sangkaan nepotisme, ia memang punya minat besar terjun ke politik. Bahkan ketika lulus dengan nilai terbaik dalam matematika dari Cambridge.
Selain mendalami ilmu kemiliteran di Fort Sill, Oklahoma, dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, ia juga belajar administrasi publik di Kennedy School of Government, Harvard.
(Baca juga: Lee Kuan Yew: Kebangkitan Ekonomi Singapura Dimulai dari Keputusan untuk Tidak Memindahkan Patung Stamford Raffles)
Pada usia 32 ia meninggalkan militer dan terjun ke politik.
Sayang, hidupnya penuh tragedi.
Menikah dengan dr. Wong Ming Yang dari Malaysia (1978), pada 1982 anak keduanya lahir dengan kelainan albino dan hambatan dalam penglihatan, semacam autisme ringan.
Tiga minggu setelah melahirkan, Ming Yang meninggal karena serangan jantung. Pada 1992 Loong terserang kanker usus besar dan harus menjalani kemoterapi intensif selama tiga bulan.
Kritik semula menganggap penunjukan Goh sekadar pemanasan bagi Loong.
Tapi setelah melihat keberhasilan Goh memenangkan pemilu 1997, para pengritik sadar bahwa Goh memang orang yang tepat pada jabatannya.
Ia berhasil membawa Singapura menuju kondisi yang lebih baik.
(Mayong S. Laksono dalam Majalah Intisari edisi Desember 2000)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR