Advertorial

Saat Lee Kuan Yew yang Berhasil Tingkatkan Kemakmuran Singapura Kembali ke Keluarga dan Mempersiapkan Penggantinya

Ade Sulaeman

Editor

Ia mengundurkan diri pada 1990 ketika negaranya mencapai tingkat kemakmuran tertinggi nomor empat di dunia.
Ia mengundurkan diri pada 1990 ketika negaranya mencapai tingkat kemakmuran tertinggi nomor empat di dunia.

Intisari-Online.com – Harry Lee Kuan Yew mengawali kepemimpinan sebagai perdana menteri negara bagian Singapura yang merupakan bagian dari Federasi Malaysia pada 1959, dalam usia 36 tahun.

Ketika Singapura memisahkan diri dari Malaysia, 9 Agustus 1965, usianya baru 42 tahun (ia kelahiran Singapura, 16 September 1923).

Ia mengundurkan diri pada 1990 ketika negaranya mencapai tingkat kemakmuran tertinggi nomor empat di dunia.

Berikut ini cukilan dari memoarnya, From Third World To First, The Singapore Story: 1965 - 2000, buku kedua setelah The Singapore Story (1998) yang menjadi best seller di banyak negara.

(Baca juga: Lee Kuan Yew: Prabowo Pernah Berkelakar bahwa Dirinya Bisa Saja Melakukan Kudeta)

--

Menjelang pengunduran diri saya November 1990, para menteri memilih Goh Chok Tong sebagai perdana menteri.

Saya diberi jabatan menteri senior tanpa kewenangan mengambil kebijakan.

Saya kembali kepada keluarga. Kepada empat adik saya, Dennis, Freddy, Suan Yew, dan Monica, juga kepada Choo, istri saya yang tetap membuka kantor pengacara, serta ketiga anak kami: Hsien Loong (lahir 1952), Wei Ling (1955), dan Hsien Yang (1957).

Si bungsu Hsien Yang suka teknik, melanjutkan kuliah di Trinity College, Cambridge.

Kemudian belajar persenjataan di Fort Knox dan Sekolah Staf dan Komando di Camberley, Inggris, serta belajar administrasi bisnis di Stanford University, California.

(Baca juga: Lee Kuan Yew: Komunis di Singapura Tumbang karena Rakyat Butuh Kesejahteraan, Bukan Slogan dan Pidato)

Wei Ling menjadi dokter umum dan mengambil spesialisasi anak-anak yang membawanya tiga tahun bertugas di Massachusetts General Hospital dan setahun di Toronto's Children's Hospital.

Si sulung Loong memang mengundang kritik ketika saya menariknya jadi menteri yunior pada kementerian perdagangan dan industri, 1985.

Nyatanya, timnya berhasil mengatasi masalah saat kami dilanda resesi pada 1985. Lebih dari itu, Loong memang memenangkan kursi pemilihan pada Pemilu 1984.

Terlepas dari sangkaan nepotisme, ia memang punya minat besar terjun ke politik. Bahkan ketika lulus dengan nilai terbaik dalam matematika dari Cambridge.

Selain mendalami ilmu kemiliteran di Fort Sill, Oklahoma, dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, ia juga belajar administrasi publik di Kennedy School of Government, Harvard.

(Baca juga: Lee Kuan Yew: Kebangkitan Ekonomi Singapura Dimulai dari Keputusan untuk Tidak Memindahkan Patung Stamford Raffles)

Pada usia 32 ia meninggalkan militer dan terjun ke politik.

Sayang, hidupnya penuh tragedi.

Menikah dengan dr. Wong Ming Yang dari Malaysia (1978), pada 1982 anak keduanya lahir dengan kelainan albino dan hambatan dalam penglihatan, semacam autisme ringan.

Tiga minggu setelah melahirkan, Ming Yang meninggal karena serangan jantung. Pada 1992 Loong terserang kanker usus besar dan harus menjalani kemoterapi intensif selama tiga bulan.

Kritik semula menganggap penunjukan Goh sekadar pemanasan bagi Loong.

Tapi setelah melihat keberhasilan Goh memenangkan pemilu 1997, para pengritik sadar bahwa Goh memang orang yang tepat pada jabatannya.

Ia berhasil membawa Singapura menuju kondisi yang lebih baik.

(Mayong S. Laksono dalam Majalah Intisari edisi Desember 2000)

Artikel Terkait