Advertorial
Intisari-Online.com – Menteng di Jakarta Pusat adalah kawasan elite, banyak pendiri bangsa tinggal di Menteng. Bahkan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama juga pernah tinggal di Menteng.
Kabarnya, nama Menteng disematkan sebab di daerah itu dulunya banyak pohon buah menteng.
Sayangnya, kini buah menteng tidak lagi laris, sebab dianggap buah “jadul” yang tidak menarik.
Menurut budayawan Ridwan Saidi, penamaan wilayah-wilayah di Jakarta menggunakan tiga pendekatan: flora, kontur, dan geometri.
(Baca juga:Dengan Meminum Ramuan Tradisional Ini Kita Dijamin akan Hidup Laiknya 'Keluarga Keraton')
Kawasan elite di Jakarta Pusat, Menteng, menggunakan pendekatan flora. Bersama Menteng ada Jatipadang, Gandaria, Kebayuran, Bidaracina, Krukut, Krekot, Ciganjur, dan lain-lain.
Menteng (Baccaurea racemosa) merupakan pohon penghasil buah. Sepintas buah menteng atau kepundung ini mirip dengan buah duku. Rasanya masam-masam manis.
Nama menteng sering kali dipakai juga untuk memberi nama pohon sejenis yang bernama Latin Baccaurea javanica dan Baccaureca dulcis.
Untuk yang terakhir ini orang lebih sering menyebut sebagai ketupa. Bisa jadi dari javanica itu menteng dikira berasal dari Pulau Jawa.
Pohon menteng memang tumbuhan asli Asia Tenggara dan tersebar dari Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, sampai Maluku.
Tumbuh liar, menteng kadang dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan.
Mengandung vitamin
Sayangnya, di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat saat ini sudah susah atau malah sudah tidak ada pohon menteng ini.
Tanaman ini merupakan pohon atau perdu dengan tinggi antara 15 – 25 m dengan diameter 25 – 70 cm. Kulit pohon kasar dan berwarna keputihan.
Daunnya lebih banyak terkumpul di ujung ranting, berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan ujung yang lancip. Panjang daun ini antara 7 dan 20 cm, dengan lebar antara 3 dan 7,5 cm.
Buah menteng seperti kapsul dengan diameter rata-rata 2 cm. Warnanya hijau saat masih mentah dan berubah kemerahan saat matang.
(Baca juga:Hantu Kompeni dan Perampok di Menteng)
Tanaman ini memiliki dua format buah, yakni berdaging buah warna putih dan berdaging buah warna merah. Keduanya memiliki rasa yang sama.
Biji dalam buah menteng berwarna putih, merah, atau kuning. Buah menteng merupakan buah-buahan yang dikonsumsi dalam keadaan segar.
Di balik rasa masam manis daging buah yang sedikit itu terselip vitamin A, B1, dan C.
Pohon menteng bisa tumbuh di mana saja, sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut.
Juga tanah apa saja, meski habitat yang disukainya adalah tanah aluvial dan kering hingga pada tanah berpasir dan tanah liat.
Sedangkan temperatur yang disukainya antara 21 dan 28 derajat Celcius pada siang hari.
Pohon yang di Sumatra dikenal dengan nama rusio atau kisip ini merupakan tanaman buah musiman. Musim berbunga berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember.
Sedangkan musim berbuahnya jatuh antara bulan Januari dan Maret.
Pelancar haid
Sebagai sebuah tanaman, ternyata banyak dari bagian pohon menteng yang bisa dimanfaatkan.
Buahnya bisa dimakan langsung sebagai buah segar. Jika tak suka dengan rasa masamnya bisa diolah menjadi sirup, asinan, atau difermentasi menjadi minuman.
Fermentasi ini dilakukan pula di Thailand. Seperti yang dikutip dari buku Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Volume 4, Fruits oleh T. K. Lim (2012), selain difermentasi, buah menteng di Thailand diperas dan dijadikan minuman bernama mafai.
Tak hanya itu, beberapa suku di Thailand menggunakan batang dan getah pohon menteng sebagai obat herbal.
Batang pohon menteng sendiri berkualitas baik untuk dijadikan bahan bangunan atau mebel. Bahkan bisa digunakan untuk membikin perahu.
Yang biasa dipakai sebagai obat herbal adalah kulit dan daun pohon menteng. Salah satunya sebagai obat mencret dan pelancar haid.
Daunnya yang empuk juga bisa dimakan. Begitu juga bunganya, yang di India dimakan mentah. Bahkan di India pohon menteng dipakai untuk mengobati sakit perut dan usus buntu.
Dalam dunia wastra, pohon menteng bisa menjadi alternatif pewarna alami bahan kain. Warna merah, lembayung, dan kuning adalah warna yang dihasilkan pohon menteng.
Begitu banyak manfaat dari pohon menteng. Sayang, pohon ini sudah jarang ditemui di kawasan elite Menteng.
(Baca juga:Adakah Menteng di Menteng?)
Maka, patut diapresiasi usulan Ridwan Saidi untuk kembali menanam pohon menteng di Menteng. Juga di kawasan lain yang mengambil nama flora sebagai nama wilayah.
Dalam 100 g buah menteng terkandung:
Pada abad ke-17 Menteng merupakan daerah di selatan Batavia dan kurang dikenal. Masih dihuni binatang buas.
Masyarakat mengaitkan nama Menteng karena banyaknya pohon menteng yang tumbuh di wilayah ini.
Sejak 1810 wilayah ini mulai dibuka oleh Gubernur Jenderal Deandels sebagai pengembangan kota Batavia.
Tahun 1912 tanah yang ada di sekitar kampung Menteng dibeli Pemerintah Belanda dan dijadikan perumahan pegawai Pemerintah Hindia Belanda.
Wilayah Menteng dalam perkembangannya kemudian dibagi-bagi lagi sehingga muncullah kampung-kampung lebih kecil di dalam kampung yang luas.
Kita kemudian mengenal Menteng Atas, Menteng Dalam, Menteng Pulo, dan sebagainya.
Namun, kawasan elite Menteng sekarang ini bukan berkembang dari Tanah Partikulir Menteng, tapi Tanah Partikulir Gondangdia.
Tanah ini dibeli karena bertolak belakang dengan daerah pemukiman elite Weltevreden, khususnya Kebonsirih dan jalan-jalan lain di sekitar Koningsplein (Medan Merdeka).
Menteng-Gondangdia sangat cocok untuk memperluas wilayah perumahan untuk golongan berada.
Mereka senasih dengan buah menteng
Tidak hanya buah menteng yang sudah tersingkir. Buah-buah di bawah ini yang masih berkaitan dengan nama wilayah di Jakarta juga semakin dilupakan.
Padahal rasanya tidak kalah enak dan menyegarkan dari buah impor serta beberapa memiliki khasiat. Buah apa saja itu?
(Baca juga:Untuk Para Ibu yang Punya Anak Perempuan Harap Diperhatikan, Menstruasi Dini Penyebab Depresi Remaja)
Gandaria
Bernama Latin Bouea macrophylla Griffith, buah ini banyak dibudidayakan di Sumatra dan Thailand.
Tak hanya buahnya, daun dan batangnya juga dimanfaatkan. Gandaria sering dipakai sebagai salah satu buah dalam rujak. Juga bisa dimakan langsung.
Kemang
Bernama Latin Mangifera caesia, buah ini dagingnya berwarna kuning dan memiliki aroma yang khas, yakni aroma harum seperti mangga.
Rasanya asam manis dan buah yang matang sering dipakai sebagai campuran rujak. Buah kemang menyebar di Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Pohon kemang sering ditemui di pinggiran sungai. (Mohamad Takdir)
(Diambil dari Majalah Intisari edisi April 2015)