Terlepas dari rasa enggan pekerja kulit hitam yang percaya takhayul untuk masuk ke dalam makam, peti Thomas Chase yang begitu berat rasanya mustahil dipindahkan tanpa diketahui orang.
Peti-peti itu kemudian diatur kembali dan batu penutup itu disemen kembali di tempatnya.
Pada 17 November tahun itu juga, makam itu harus dibuka kembali untuk mengubur Samuel Brewster, yang dibunuh ketika terjadi pemberontakan kaum budak dan sementara ini dikuburkan di tempat lain.
Sekali lagi seluruh peti berserakan kecuali peti Nyonya Goddard - yang tidak tersentuh seperti biasa.
Peti yang lain ada yang bersandar ke tembok, malang melintang, dan saling tumpang tindih.
Kali ini seorang pemuka Christ Church berprofesi sebagai hakim dan dua pria lainnya memeriksa makam itu dengan saksama, namun mereka tidak menemukan celah yang terbuka atau pintu rahasia lain.
Banyak orang ikut mengiringi upacara pemakaman itu. Kenyataan itu semakin mengukuhkan ketakutan mereka akan adanya kutukan terhadap Makam Chase tersebut.
Para pekerja kulit hitam diperintahkan masuk ke kuburan dan membenahinya, tulang belulang Nyonya Goddard, yang terjatuh dari peti yang mulai hancur lalu dibungkus dan dirapatkan ke dinding. Sekali lagi penutup makam itu ditutup rapat.
Tiga tahun berlalu sebelum peti berikutnya dan yang terakhir dibawa ke dalam Makam Chase.
Kisah makam bermasalah itu telah menimbulkan sensasi luarbiasa di Barbados sehingga gubernurnya, Lord Combermere, komandan gamisun, dan beratus penonton berjalan di belakang peti Nyonya Thomasina Clarke pada tanggal 17 Juli 1819.
Makam itu sulit dibuka karena peti Thomas Chase yang berat bersandar padanya, lima meter dari tempatnya semula.
Kedua peti anak-anak yang diletakkan di atas dua peti yang lebih besar, berada di lantai. Hanya peti Nyonya Goddardlah yang tidak tersentuh.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR