‘Souvenir’ Tangan Mumi Korban Perkosaan dan Pembunuhan para Imam yang Membawa Petaka

Ade Sulaeman

Editor

Mumi janin ini dikira burung
Mumi janin ini dikira burung

Intisari-Online.com – Tuan Louis Hamon dikenal sebagai seorang penyihir dan penyembuh psikik.

Dia seringkali diberi hadiah-hadiah eksotis dari para pasien yang berhasil disembuhkannya.

Namun, hadiah paling aneh justru mendatangkan kesulitan baginya.

Sewaktu berkunjung ke Luxor, Mesir, pada tahun 1890, Hamon berhasil menyembuhkan seorang sheik ternama dari penyakit malaria.

Sheik itu bersikukuh agar si penyembuh mau menerima hadiah yang menakutkan, yakni tangan kanan yang sudah dimumi dari seorang putri Mesir yang sudah lama mati.

(Baca juga: Rahasia di Balik Mumi Raja Tut yang Ereksi)

Istri Hamon semula hanya merasa tidak suka dengan tangan yang berwarna hitam kisut itu.

Namun ketidaksukaannya kemudian berubah menjadi ketakutan dan rasa ingin muntah ketika mendengar kisah di balik tangan itu.

Pada tahun ketujuh belas dan tahun terakhir pemerintahan Raja Akhnaton dari Mesir, ayah mertua Tutankhamun bertengkar hebat dengan putrinya mengenai masalah keagamaan.

Pembalasan sang Raja sungguh mengerikan.

Pada tahun 1357 SM, dia berhasil membuat gadis itu diperkosa dan dibunuh para imamnya.

(Baca juga: Mumi Rosalia Lombardo, Mumi Tercantik yang Dijuluki Sleeping Beauty dan Bisa Berkedip)

Setelah itu mereka memotong tangan kanannya dan menguburnya secara diam-diam di Lembah Raja-Raja.

Penduduk Mesir sungguh terkejut, karena gadis itu akan ditolak masuk ke surga karena tubuhnya tidak utuh ketika dikuburkan.

Hamon harus menyerahkan sisa tubuh itu ke sebuah museum, namun tidak berhasil menemukan kurator yang mau menerimanya.

Dia kemudian menyimpan dan menguncinya dalam sebuah tempat aman di dinding rumahnya di London.

(Baca juga: Bertahun-tahun Dianggap Mumi Burung, Ternyata Artefak Ini Adalah Mumi Janin Manusia)

Gemuruh halilintar

Pada bukan Oktober 1922, dia dan istrinya membuka kembali kotak penyimpanan itu dan mundur ketakutan.

Tangan gadis yang dibunuh itu telah berubah dari hitam kisut karena sudah berusia 3200 tahun menjadi lembut karena berbalut daging segar.

Istri Tuan tanah itu menjerit dan memerintahkan agar tangan itu segera dihancurkan.

Meski suaminya tidak merasa takut terhadap hal-hal yang tak dipahaminya, Hamon pun segera menyetujuinya.

Dia hanya bersikukuh tentang satu hal; yakni agar tangan putri itu dimakamkan dengan sebaik mungkin.

Mereka sudah siap di malam tanggal 31 Oktober 1922, tepat di hari Halloween.

Dalam surat kepada teman lamanya, seorang pakar arkeologi bernama Lord Carnarvon, Hamon menulis bahwa dia meletakkan tangan itu perlahan-lahan di tungku perapian dan membacakan kutipan dari Egyptian Book of the Dead.

Ketika menutup buku itu tiba-tiba terdengar gemuruh halilintar yang mengguncang rumah itu hingga listrik mati dan keadaan gelap total.

Pintu terbuka lebar karena tiupan angin yang keras.

Hamon dan istrinya terjatuh ke lantai dan terbaring di lantai yang dingin itu. Ketika membuka matanya, mereka melihat sesosok wanita.

Hamon melukiskannya sebagai berikut, "Dia memakai jubah kerajaan Mesir disertai mahkota ular kobra Kerajaan Faraoh yang gemerlap di atas kepalanya.".

Tangan kanan wanita itu tampak putus.

Sosok itu kemudian membungkuk ke atas perapian dan kemudian lenyap secara tiba-tiba sebagaimana kemunculannya.

Tangan terputus tadi menghilang bersamanya dan tidak pernah muncul lagi.

Empat hari kemudian, Hamon membaca bahwa ekspedisi Carnarvon berhasil menemukan makam Tutankhamun dan berniat masuk ke dalamnya meski sudah ada tulisan kuno berisi larangan yang terpasang di ambang pintu makam itu.

Dari rumah sakit, tempat dia dan istrinya dirawat karena mengalami syok hebat, Hamon mengirim surat kepada temannya itu agar membatalkan niatnya.

Dia menulis, "Saya sadar bahwa para leluhur Mesir memiliki pengetahuan dan kekuatan yang tidak kita pahami hingga hari ini. Demi Tuhan, saya mohon agar Anda berhati-hati."

Carnarvon mengabaikan surat itu dan tidak lama kemudian dia ditemukan mati akibat terinfeksi gigitan nyamuk.

Satu per satu anggota ekspedisi juga mengikutinya ke liang kubur yang kemudian kini dikenal sebagai Kutukan Raja Faraoh.

(Seperti pernah dimuat di Buku Ratapan Arwah; Kisah Nyata Kutukan & Tulah – Intisari)

Artikel Terkait