Intisari-Online.com - Kekalahan kelompok teroris ISIS tidak hanya terjadi di Mosul (Irak) dan Ragga (Suriah), tapi juga di Benghazi, Libya.
Namun para militan ISIS yang tertangkap oleh aparat miiter Libya (Libyan National Army) yang saat ini di bawah komando pimpinan yang terkenal tegas dan kejam, Khalifa Haftar, dengan cepat menemui ajalnya.
Setiap teroris ISIS yang tertangkap kemudian dengan cepat dikumpulkan tanpa melalui persidangan lalu ditembak mati..
Sebelum semua anggota ISIS dieksekusi, mereka dikenakan pakaian warna oranye, ditutup wajahnya, diikat kedua tangannya, disuruh berlutut, lalu ditembak bagian belakang kepalanya dalam jarak sangat dekat menggunakan senapan serbu AK-47.
Peluru yang digunakan untuk mengeksekusi anggota ISIS tidak hanya satu tapi berupa rentetan tembakan untuk memastikan bahwa korbannya langsung mati.
(Baca juga: (Foto) Dianggap ‘Pantas Mati’, Para Pejuang ISIS yang Tertangkap Pasukan Irak Diperlakukan dengan ‘Sadis’)
Cara anggota LNA mengekseskusi tawanan ISIS itu sebenarnya sering dipraktekkan oleh para anggota ISIS ketika mengeksekusi korbannya sehingga mereka seperti mendapatkan karmanya sendiri.
Namun memperlakukan tawanan ISIS dengan cara langsung mengeksekusinya tanpa melalui pengadilan menjadi sangat berbahaya karena para tawanan tersebut belum tentu anggota ISIS.
Pihak Hak Asasi PBB sebenarnya telah melakukan pengamatan terhadap sepak terjang anggota LNA di Benghazi yang menjurus kepada pembantaian tawanan dan merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak asasi manusia.
Pasalnya pasukan LNA cenderung menangkap para pria yang dikira anggota ISIS hanya dari tampangnya saja.
Apalagi anggota LNA dalam pertempuran melawan ISIS yang makin terpojok cenderung melakukan balas dendam.
Untuk mengantisipasi penangkapan anggota ISIS yang berujung pada kematian yang brutal itu, para petinggi militer Libya akhirnya memutuskan untuk melakukan investigasi dan kontrol lebih ketat sehingga korban yang jatuh pada warga yang sebenarnya tidak bersalah bisa dihindari.