Inilah Rahasia yang Bikin Sate Ayam Romli Empuk dan Enak, Sayang Bila Melewatkan Kuliner Jakarta yang Terletak di Kebayoran Baru Itu!

Moh Habib Asyhad

Editor

Sate ayam H. Romli
Sate ayam H. Romli

Intisari-Online.com – Banyak sate enak di Jakarta, tapi mungkin belum banyak sate enak yang kondang seperti sate ayam di depan RS Pusat Pertamina, di Jln. Kyai Maja, Kebayoran Baru.

Di warungnya, tertulis Sate H. Romli, tapi di kalangan pelanggannya, warung ini lebih dikenal sebagai sate pertamina atau sate RSPP.

Di warung sate yang telah berusia lebih dari 28 tahun ini kita bisa menikmati sate ayam yang rasanya betul-betul nyam-nyam. Baru menghirup asapnya saja sudah terasa enaknya.

(Baca juga:Seperti Apa Rumah Makan Padang di Kampung Asalnya?)

Pembeli yang baru pertama datang mungkin akan heran, di sini tidak ada meja. Yang ada hanya tempat duduk di sisi-sisi pinggir warung yang hanya bisa menampung sekitar sepuluh orang.

Karena terbatasnya tempat duduk, sebagian pembeli memesan sate dari dalam mobil, lalu menikmatinya di atas kursi mobil. Sebagian lagi minta dibungkus, dibawa pulang.

Meskipun warungnya sederhana, jangan tanya soal jumlah pelanggan. Sebagai gambaran, warung ini punya dua tungku pembakaran.

Satu tungku muat untuk sekitar seratus tusuk. Pada saat jam ramai seperti jam makan siang, dua tungku ini tak henti mengepulkan asap. Pada jam sepi, satu tungku selalu penuh.

Karena begitu banyaknya pembeli, warung ini menerapkan sistem stok. Caranya, sate dibakar sampai setengah matang lalu disimpan di dalam ember. Jumlahnya ratusan tusuk.

(Baca juga:Di Sate Bali Resto, Tum Tidak Terbuat dari Daging Babi, Seperti Apa Rasanya?)

Begitu pembeli datang, sate setengah matang ini tinggal dibakar sebentar sementara peracik bumbu langsung mencampur bumbu kacang, kecap, dan jeruk nipis di piring.

Dengan cara seperti ini, pembeli tak perlu berlama-lama menelan ludah.

Satu porsi standar berisi sepuluh tusuk sate plus satu lontong. Tak ada nasi di tempat ini. Tanpa lontong pun sebetulnya sepuluh tusuk Sate Pertamina sudah cukup mengenyangkan karena potongan dagingnya besar-besar.

Begitu sate disantap, kesan pertama adalah empuk. Empuknya merata di seluruh bagian daging. Bukan hanya bagian luarnya yang matang.

“Satenya bisa empuk karena kami pakai daun pepaya,” kata Hasan, si tukang bakar, sambil menunjuk daging yang sedang di-kekep (ditutup) dengan daun pepaya di sebelahnya.

Kita tahu, daun ini mengandung enzim papain yang bisa mengemukkan daging.

Sama seperti sate ayam pada umumya, bumbu sambalnya terbuat dari kacang, bawang merah, bawang putih, dan cabai merah. Tak ada yang khusus.

(Baca juga:Jadi Kota Kuliner, Tegal Lahirkan Sushi Ubi dan Soto Taoco)

Tapi begitu semua bumbu yang biasa itu teracik di piring, kelezatan sate sama sekali tidak bisa dibilang biasa. Bumbunya mak-nyem.

Di warung ini, sate dihidangkan tanpa sendok dan garpu. Pembeli harus makan dengan cara tangan kiri memegang piring, sementara tangan kanan bertugas mengeksekusi daging di tusuk bambu satu demi satu.

Daging sate langsung digigit dari tusuknya. Tusuk bambu yang telah kosong berfungsi sebagai garpu untuk mencocol lontong.

Sembari menikmati sate, kita bisa melihat tukang bakar unjuk keterampilan. Tangan kiri membolak-balik seratusan tusuk sate di atas tungku, sementara tangan kanan mengipasi bara dengan kipas anyaman bambu.

“Dulu pernah pakai kipas angin tapi dagingnya alot, matengnya enggak rata,” kata Hasan sambil menyemprotkan minyak kacang di atas sate.

Wussss!! Asap mengepul dari tungku. Tentu saja tambahan minyak kacang ini bukan sekadar atraksi. Minyak ini berfungsi membuat sate matang lebih rata, juga tampak berminyak, menggoda selera.

(Baca juga:Hanya Miliki Satu Mata, Bayi Kambing Ini Dianggap Makhluk Suci yang Bawa Keberuntungan. Percaya?)

Sebetulnya warung ini juga menyediakan sate kambing. Rasanya juga tak kalah sedap. Daging dan gajihnya bisa membuat kita lupa urusan kolesterol.

Tapi menu sate kambing tidak sepopuler sate ayamnya. “Dalam sehari, paling-paling hanya sekitar 500 tusuk,” kata Hasan tentang jumlah pesanan sate kambing untuk giliran siang.

Ia menyebut angka 500 itu dengan kata keterangan “hanya”. Padahal jumlah itu setara dengan 50 porsi.

Maklum saja, pesanan untuk sate kambing tidak setara jika dibandingkan pesanan sate ayam yang dalam sehari bisa mencapai belasan ribu tusuk. (Emshol/Ibas)

Sate Haji Romli (Sate Pertamina atau Sate RSPP): di seberang pintu keluar RS Pusat Pertamina, Jln. Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta. Buka tiap hari pukul 08.00 – 22.00

(Seperti pernah dimuat di Buku Wisata Jajan Jabodetabek – Intisari)

Artikel Terkait