Intisari-Online.com - Biasanya sate kambing di Jakarta berembel-embel Bang, Pak, atau Haji. Nah, kalau Sate Kambing Palmerah Kim Tek ini tentu dapat ditebak pemiliknya orang Tionghoa. Lengkapnya Tan Kim Tek.
Kedai yang dibuka sejak tahun 1970-an ini dulu berlokasi di Palmerah, Jakarta Selatan. Kini, setelah ditangani generasi ketiga, Sate Kambing Palmerah Kim Tek berlokasi di Jalan Panjang tak jauh dari perempatan Joglo. Sebelumnya menyewa di Arteri Kelapa Dua.
Sate Kambing Palmerah Kim Tek tetap mempertahankan konsep kedai yang sederhana: bangunan semi permanen dengan tirai bambu. Ada 10 meja yang bisa menampung hingga 40 pengunjung. "Pelanggan minta warung kami jangan ber-AC agar sate yang terhidang tak cepat dingin," kata Yonatan Senduk, suami Kristin yang adalah cucu Kim Tek.
Tampilan sate kambing racikan Kim Tek sebenarnya tak begitu istimewa. Potongan daging di tusukan termasuk kecil dibandingkan dengan sate kebanyakan yang berbentuk dadu besar. Namun hampir semuanya daging. Sedikit lemak. Warna daging yang terbakar cokelat merata, pertanda daging matang merata dan sempurna.
Begitu digigit, daging tak terasa alot. Langsung lumat saking empuknya. "Daging sate di kedai ini memang paling empuk dan tidak berbau. Mereka yang bukan penggemar sate kambing pun biasanya suka kalau makan di sini," ungkap Dudi, seorang pelanggan yang tinggal di Jakarta Barat.
Kalau mau daging yang benar-benar spesial, pesanlah sate has dalam. Ini adalah sebutan bagi daging yang berada di lapisan dalam kambing. Kualitasnya lebih bagus.
Kecap yang membalut daging juga patut diacungi jempol. Rupanya ini kecap racikan sendiri. Meski berwarna hitam dan kental, rasanya tidak terlalu manis. Ada rasa gurihnya. Kombinasi sate dan kecap olahan Kim Tek ini terasa serasi.
Menurut Yonatan. kelezatan resep Sate Kambing Palmerah Kim Tek berasal dari kecap, bahan baku, dan cara mengolahnya. Kecap yang dipakai sama, baik saat pembakaran atau saat penyajian. Daging yang dipakai tak pernah dibeli di pasaran. Yonatan memotong kambing yang didapat dari pemasok khusus.
Untuk membakar sate, digunakan arang batok. Kipas anyaman bambu masih dipakai untuk mengipasi bara, bukan dengan kipas angin seperti warung sate kebanyakan. "Cara itu yang bikin sate matang merata," kata Yonatan.
Yang istimewa lainnya adalah acar. Isinya sih sederhana saja: rajangan timun dan kol. Istimewanya adalah kuah kemerahan yang menggenang di dasar piring. Rasanya yang agak pedas dan asam mirip asinan. Alhasil, kuah acar meninggalkan sensasi segar.
Selain sate warung ini menawarkan sop kambing. Kuahnya bening dengan wortel dan kentang yang disajikan nyaris utuh. Ada sedikit tambahan kol yang jarang kita temukan di sop kambing kebanyakan. Aneka rempah yang menjadi bumbu menghasilkan rasa pedas nan hangat.
Harga sate di sini memang lebih mahal dibanding kebanyakan sate lainnya. Satu tusuk Rp3.800. Sedangkan setusuk sate kambing has Rp8.000. Sate buntut Rp30.000 per tusuk. Sate ini jarang tersedia di kedai sate yang lain. Untuk sop dibandrol harga Rp35.000.
Sate Kambing Palmerah Kim TekJln. Panjang 8AKebunjeruk JakartaKoordinat GPS: S6o21.246' - E106o77.233'