Lewat satu hari, sudah basi sehingga semua roti yang dijual di situ dibuat pada hari yang sama.
Salah satu roti jadul yang dijual di sini roti sobek. Ada yang manis, ada pula yang tawar. Roti sobek yang manis memakai cokelat di dalamnya.
Sedangkan yang tawar tanpa isi apa-apa di dalamnya.
Rasa manisnya cenderung tawar sedikit gurih. Ada juga roti bidder deeg (sejenis pastry, berisi nanas), roti cokelat, roti keju, trumpul (roti yang ditaburi gula), dan sebagainya.
Sekalipun tanpa bahan tambahan, roti tetap bisa empuk. Untuk membuat roti empuk, Haryono mengaku hanya memakai ragi.
Karena hanya memakai ragi, empuknya pun tidak seperti empuknya roti pabrik.
Ini ciri khas roti jadul yang dicari penggemarnya. Empuknya sedikit kenyal. Cocok dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi.
Ciri lainnya, roti ini cukup mengenyangkan karena memang tidak memakai pengembang.
Berbeda dengan roti buatan pabrik yang biasanya kelihatan besar tapi kalau diremas akan menyusut sampai tipis. Roti Djoen tidak demikian.
Rotinya padat, bukan besar karena bahan pengembang. Roti Djoen bentuknya besar dan unik. Dibentuk dengan berbagai macam model zaman dulu.
Ada yang berbentuk bunga dengan taburan gula di atasnya, ada pula yang dibentuk dengan cetakan buaya atau biasa disebut roti buaya.
Ukurannya benar-benar besar sehingga cukup untuk dimakan beberapa orang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR