Bedanya, sinar matahari merupakan sinar tampak mata, sedangkan sinar rontgen tidak.
Selain itu, dibandingkan dengan sinar matahari daya tembusnya jauh lebih besar, tergantung pada besarnya tegangan listrik yang digunakan.
Apabila dilewatkan tubuh kita, massa padatan, misalnya tulang, lebih banyak menyerap sinar tersebut dibandingkan dengan massa setengah padat, cair, dan gas seperti darah, daging, dan rongga-rongga udara.
Perbedaan daya serapan ini memberikan gambaran yang berbeda pada kertas film.
Kalau kita sedang dirontgen, misalnya untuk pemeriksaan paru-paru, tegangan listrik atau dosis-serapan sudah diatur begitu rupa.
Dalam sekian detik saja, sinar tersebut sudah menembus dada. Yang dapat diamati hanyalah hasilnya pada lembar film setelah dicuci.
Jika tidak ada kelainan, di situ terlihat gambar terang (opaque) dari tulang-tulang rusuk dan massa padatan lainnya.
(baca juga: Ternyata, Sinar Rontgen Ditemukan Tidak Sengaja)
Gambaran paru-parunya sendiri didominasi warna gelap. Ini bisa dimengerti karena paru-paru sebagai organ pernapasan sebagian besar berisi udara, yang tidak banyak menyerap sinar rontgen.
Karena itu sinar ini lebih banyak jatuh pada kertas film, sehingga-menjadi hitam atau gelap pada daerah paru-paru.
Lain halnya pada penderita TBC misalnya, gambaran paru-parunya akan tampak lain, seperti adanya bercak-bercak terang. Dengan prinsip ini, sinar rontgen banyak digunakan untuk diagnosis berbagai penyakit. (M. Yuwono/Bastiana)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR