Intisari-Online.com - Beberapa bulan setelah tiga pendeta Kristen dan seorang penyebar Islam Syiah menghilang, yang diduga karena diculik atau penghilangan paksa, ketakutan menyelimuti warga pemeluk agama minoritas di Malaysia.
Tiga pendeta menghilang antara pertengahan Februari hingga Maret 2017. Sedangkan tokoh Syiah itu menghilang pada November 2016.
Kini para aktivis HAM Malaysia, mengeritik polisi karena lamban dalam mengungkap kasus tersebut dan terkesan tidak transparan.
Surat kabar Inggris, The Guardian, dalam laporannya pada Rabu (7/6/2017), menyebutkan, hilangnya tiga pendeta dan tokoh Syiah menimbukan ketakutan atau kekhawatiran pada kaum minoritas agama.
(Baca juga: Ingin Pasang Status Teks dengan Background Foto di Facebook? Ini Dia Caranya!)
(Baca juga: Bos Lion Air Rusdi Kirana: Maskapai Saya Paling Buruk di Dunia, tapi Anda Tak Punya Pilihan)
Kalangan minoritas menilai, pihak berwenang telah menargetkan kelompok-kelompok minoritas agama dengan melakukan penculikan dan penahanan di luar hukum.
Bukti video dan para saksi mata menunjukkan bahwa kelompok yang sangat terorganisir telah melakukan penculikan di depan umum.
Beberapa bulan setelah empat orang itu menghilang, anggota keluarga tidak sedikitpun mengetahui keberadaan mereka.
Para aktivis HAM mengatakan bahwa polisi telah terlalu "santai" dalam melaksanakan tugasnya untuk menyelidiki kasus tersebut.
"Dapatkah saya berpikir, negara terlibat dengan kasus ini? Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab," kata Suzanna Liew, istri Raymond Koh, seorang pendeta yang hilang pada 13 Februari 2017.
Bisakah saya mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang yang berkuasa terlibat dalam kasus ini atau mengetahui lebih banyak dari apa yang mereka akui? Tidak, saya tidak bisa," ujarnya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR