Kota-kota pertama yang akan menjadi percontohan adalah melaka, Selangor, Kuala Lumpur dan Johor.
"Sebanyak 835.000 kg makanan telah dikumpulkan sejak Agustus dan didistribusikan ke 25.000 rumah tangga," ujar Saifuddin Nasution Ismail.
Saifuddin yakin program bank makanan ini akan bedampak besar pada keluarga yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Saifuddin mencontohkan, jika kita dapat memberi roti dan makanan senilai 30 Ringgit (Rp109 ribu) kepada seorang ibu tungga pencuci piring yang memiliki 5 anak, itu akan menghemat pengeluarannya.
Makanan-makanan itu nantinya akan didistribusikan langsung kepada keluarga yang membutuhkan oleh para relawan.
Bagaimana dengan Indonesia?
Menyoal sampah makanan, ternyata negara kita adalah penghasil sampah atau limbah makanan tertinggi di dunia.
Dikutip dari Tribunnews.com (16/5/2018), dalam satu tahun sebanyak 13 juta ton sampah terbuang.
Apabila dihitung per hari, sekitar 35.000 ton sampah makanan dihasilkan oleh masyarakat Indonesia.
Sebanyak 13 juta ton sampah makanan terbuang sebenarnya bisa memenuhi kebutuhuhan pangan 28 juta orang yang hidup dalam kemiskinan di tanah air.
Ironisnya, data Food Sustainability Index 2017 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) menyebutkan, hampir satu miliar orang menderita kelaparan, tetapi sepertiga makanan hilang atau terbuang.
Source | : | the star,kompas,tribunnews,World of Buzz |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR