Advertorial
Intisari-Online.com – Kebiasaan buruk dari kita, baik saat makan di rumah atau di restoran adalah tidak menghabiskan makanan.
Entah karena sudah kenyang, atau tak berselera.
Tetapi jelas, banyak dari saudara-saudara kita yang masih susah untuk makan.
Hingga tak jarang kita temukan mereka-mereka yang mengais makanan di tempat sampah.
Baca Juga : 7 Makanan Penyebab Kanker: Pahami Sumbernya Demi Kesehatan Anda!
Data mengejutkan tentang makanan diungkapkan oleh Menteri Perdagangan dan Urusan Konsumen Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail.
Dalam sebuah forum di parlemen Malaysia pada Kamis (25/10/2018), ia membeberkan temuannya, dikutip dari World of Buzz.
Saifuddin Nasution Ismail mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh SWCorp Malaysia menyatakan, sekitar 3.000 ton (3 juta kg) makanan yang masih dianggap cukup aman dikonsumsi, dibuang setiap hari di negara itu.
Jumlah makanan yang cukup untuk 2 juta orang.
"Namun, makanan itu tidak disimpan melainkan dibuang," kata Saifuddin Nasution Ismail.
Guna mengatasi hal tersebut, Saifuddin mengatakan pemerintah akan meluncurkan program Bank Pangan Malaysia, Januari (2019), untuk mengelola dan mendistribusikan makanan agar tidak dibuang.
Dia mencatat, beberapa hypermarket dan operator ritel seperti Tesco, Aeon, Aeon Big, Mydin GCH Retail, TH Valuemart, 99 Speedmart dan Ecosave telah setuju untuk berpartisipasi dalam program ini.
Selain itu, Saifuddin mengatakan Kechara Food Bank, Food Aid Foundation dan Mutiara Food Bank, serta relawan dari Universitas Teknologi Malaysia dan organisasi non-pemerintah akan dilibatkan dalam program tersebut.
Kota-kota pertama yang akan menjadi percontohan adalah melaka, Selangor, Kuala Lumpur dan Johor.
"Sebanyak 835.000 kg makanan telah dikumpulkan sejak Agustus dan didistribusikan ke 25.000 rumah tangga," ujar Saifuddin Nasution Ismail.
Saifuddin yakin program bank makanan ini akan bedampak besar pada keluarga yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Saifuddin mencontohkan, jika kita dapat memberi roti dan makanan senilai 30 Ringgit (Rp109 ribu) kepada seorang ibu tungga pencuci piring yang memiliki 5 anak, itu akan menghemat pengeluarannya.
Makanan-makanan itu nantinya akan didistribusikan langsung kepada keluarga yang membutuhkan oleh para relawan.
Bagaimana dengan Indonesia?
Menyoal sampah makanan, ternyata negara kita adalah penghasil sampah atau limbah makanan tertinggi di dunia.
Dikutip dari Tribunnews.com(16/5/2018), dalam satu tahun sebanyak 13 juta ton sampah terbuang.
Apabila dihitung per hari, sekitar 35.000 ton sampah makanan dihasilkan oleh masyarakat Indonesia.
Sebanyak 13 juta ton sampah makanan terbuang sebenarnya bisa memenuhi kebutuhuhan pangan 28 juta orang yang hidup dalam kemiskinan di tanah air.
Ironisnya, data Food Sustainability Index 2017 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) menyebutkan, hampir satu miliar orang menderita kelaparan, tetapi sepertiga makanan hilang atau terbuang.
Baca Juga : Viral, Kabar Pisang Disuntikan Darah HIV, Benarkah HIV Ditularkan Dengan Cara Itu?
Sebuah organisasi peduli lingkungan, Waste4Change mendorong masyarakat untuk makan bijak demi mengurangi sampah dan limbah organik dari makanan.
Adapun langkah nyata yang bisa kita lakukan sebagai upaya untuk mengurangi makanan sisa dan terbuang, yakni:
1. Mengurangi konsumsi makanan instan yang tidak baik bagi kesehatan dan beralih mengonsumsi makanan yang diproduksi secara lokal (lebih segar, lebih sehat).
2. Rencanakan dengan seksama sebelum membeli (beli apa yang dibutuhkan – jangan tergoda untuk membeli makanan yang tidak baik untuk dikonsumsi).
3. Masak bahan makanan dalam jumlah yang sesuai dan usahakan untuk tidak menyisakan makanan.
4. Simpan makanan dengan baik agar dapat dikonsumsi untuk jangka waktu yang lebih lama.
5. Olah kembali makanan yang tidak bisa Anda makan.
6. Selain itu, pihak pengelola restoran juga sebaiknya mulai menerapkan sistem denda jika pembeli menyisakan makanan.
Itulah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah makanan di Indonesia.
Daripada membuang makanan yang tidak habis, ada baiknya juga kita menyisihkan atau menyimpannya untuk diberikan kepada saudara kita yang membutuhkan.