Baca Juga : Pesawat yang Tiba-tiba Hilang dari Radar saat Melintasi Kalimantan Timur, Mungkinkah Disembunyikan Hantu?
Lalu, apa ciri pemilik tuyul? Dijelaskan, mereka berwajah dingin dan rumahnya kelihatan seram, serta ada ruang khusus yang dirahasiakan. "Tapi jangan takut, bocah momongan itu sebenarnya tidak nakal dan mereka gampang ditolak," kata Mbah Mardjo serius.
Caranya, taruh cermin dan merica di tempat penyirnpanan uang. Beres! Cara lain, letakkan jambangan berisi air yang diisi dua yuyu (kepiting) di belakang pintu rumah.
Konon, tuyul itu akan keasyikkan sendiri bermain-main terus dengan kepiting dalam jambangan, sehingga lupa tugasnya mencuri uang.
Kisah tuyul di atas, untuk beberapa orang mungkin tak asing, atau untuk beberapa orang lagi barangkali justru terlalu asing. Apalagi kalau hendak dicari pertanggungjawaban rasionalitasnya. Sementara betapa muskilnya ini semua, toh telah jadi realitas sendiri yang hidup, bahkan menjadi sistem tersendiri.
Baca Juga : Heboh Penampakan Kuyang di Kalimantan, Ternyata Hantu Ini Juga Ada di Berbagai Negara Termasuk Malaysia
Peristiwa di Jember, Jawa Timur, Juli 1987, adalah contoh nyata di kancah pertuyulan ini. Nyonya Siti, seorang pedagang pasar, beserta Marzuki, "penasihat spiritualnya", diajukan ke Pengadilan Negeri jember oleh pedagang lain bernama Haji Hasan yang semula dituduh kedua terdakwa sebagai pemilik tuyul (Tempo, Agustus 1987) yang menjarah uang simpanan Nyonya Siti.
Perkara memang tak berlanjut lantaran pengadilan dan juga instansi lain, barangkali tak punya perangkat untuk membuktikan keberadaan makhluk halus ini. Meski begitu, gunjingan masyarakat adalah bukti-bukti sampingan perihal keyakinan adanya tuyul.
Tuyul doyan besi karatan
Betulkah tuyul itu ada? Atau tuyul itu cuma semacam kepercayaan yang muncul akibat kompensasi budaya saja? Untunglah, persoalan ini pernah diseminarkan Yayasan Parapsikologi Semesta (YPS) cabang Semarang tanggal 24 Oktober 1985.
Tak kurang dari Sejarawan Onghokham angkat bicara, di samping kalangan paranormal lainnya.
Baca Juga : Viral Video Penampakan Hantu Kuyang di Balikpapan: Inilah Mitos Kuyang di Wilayah Kalimantan
Apa kesimpulan seminar? Ada tidaknya alam nonfisik, tetap belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Malah dengan tegas Onghokham menyatakan skeptis, karena memang tak bisa dibuktikan secara otentik berdasar ilmu sejarah.
Lain lagi kalau menurut Kolonel (Purn.) Notowiyadi sebagai penanggap pembicara. Tuyul itu memang ada betul. Katanya, makhluk kecil ini berasal dari anak manusia yang tak jadi, akibat abortus atau sebab lain.
"Kecuali jika janin-janin tadi dirawat baik dengan cara selamatan, dia tak akan jadi tuyul," ujarnya saat itu sebagaimana dikutip berbagai media massa.
Menarik sekali mengutip pendapat Rauf Winata Kusuma, tuyul katanya makhluk gaib yang mengandung partikel Fe (zat besi). Karena itu menurut paranormal ini, makanan tuyul berupa bekas buangan besi atau logam lain yang berkarat.
Baca Juga : Misteri Kapal Hantu Berbendera Indonesia yang Bikin Geger Myanmar Terpecahkan
Memang makhluk tak kasat mata ini tercipta sebagai "bakteri penghancur", untuk mengeroposkan besi di dunia agar unsur-unsur murni Fe dapat masuk ke dalam perut bumi dan bersatu dengan tanah, untuk didaur ulang manusia.
"Jadi," kata Rauf, "Kalau ada tuyul mau mencuri uang, itu hanya ekses sampingan oknum tuyul tertentu yang mau disuap manusia.". (Kedaulatan Rakyat, 26, Oktober 1985).
Dalam seminar tuyul enam tahun silam (mungkin pertama di Indonesia), beberapa
pembicara umumnya lebih banyak bercerita pengalaman pribadi dan meyakinkan bahwa tuyul itu ada.
Mungkin makalah Drs. Yakobus Mulyadi agak lebih mendekati, menguraikan bagaimana cara membuktikan sekaligus menghindarinya. Antara lain,tempat penyimpanan uang perlu diberi garam, kaca atau jahe. "Kepercayaan ada tidaknya tuyul itu subjektif," ujarnya.
Baca Juga : Wangsa Widjaya, Orang Kepercayaan Bung Hatta yang Uang Pensiunnya Cuma Rp200 Ribu
Ketika pakar ini diwawancarai di rumahnya, Gamping, Sleman Yogyakarta dan didesak apakah pernah melihat, Mulyadi akhirnya berterus terang, belum pernah melihat. "Tapi saya percaya setan itu memang ada," jawabnya diplomatis.
Versi kalangan tertentu tentang dedemit cilik bernama tuyul, masih belum juga rampung, pada akhir seminar. Konon, keraton tuyul adalah sebuah pohon besar ketos di sebuah desa di Klaten. Kontan saja desa sepi berubah jadi gempar, sampai-sampai pihak keamanan kewalahan oleh luapan masyarakat yang ingin tahu. Peristiwa itu terjadi pada hari Minggu, 26 Oktober 1985.
Seminar tuyul enam tahun telah lewat, "tour de tuyul" pun sudah dilupakan orang. Namun rasa ingin tahu kembali mendesak. Di tengah permukiman penduduk Desa Bero, ada pohon ketos besar dikelilingi pagar seluas 5 x 5 m, yang sampai sekarang masih dikeramatkan. Bahkan tiap malam Jumat kliwon banyak diziarahi orang yang punya keinginan tertentu.
Tiap setahun sekali, habis panen penduduk menanggap wayang di sini. Tapi Pardikem (51), juru kunci, marah besar ketika ditanyakan kebenaran tempat itu sebagai keraton tuyul. "Itu tidak benar. Saya tidak rela tempat ini dijadikan bual-bualan seperti dulu," ujamya.
Baca Juga : Yuk Mengenal Neopaganisme, Kepercayaan Kuno yang Menyesuaikan Diri dengan Cara-cara Kekinian
"Tempat ini hanya pedhayangan Kyai dan Nyi Bondo, cikal bakal Desa Bero. Apakah bapak berani menentangnya?"
Tuyul, bagaimanapun makhluk halus irasional. Subjektivitas keberadaannya berkaitan dengan kultur. Dengan demikian, lain kultur lain pula logikanya.
Lantas, yang benar tuyul itu ada atau tidak? Silakan, meraba kepercayaan sendiri. Mau tahu banyak dan percaya tuyul ada, pakailah teropong ilmu tidak kasat mata. Mau percaya tuyul tidak ada, pergunakan kacamata ilmiah berdasar kebenaran ilmu pengetahuan.
Baca Juga : Nyatanya, Banyak Kepercayaan Mistik yang Selalu Mewarnai Tugas dan Operasional TNI
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR