Baca Juga : Benarkah Bola Api Bukan Takhayul?
Salah satu syarat sesaji yang dicatat Parjiman dalam skripsinya, yaitu selamatan berupa gecok ayam (jeroan ayam) di samping puasa tentunya.
Harto Suparno (51), murid seorang juru kunci mengatakan, orang yang ingin cari momongan, harus lewat perjanjian terlebih dahulu tentang korban tebusan kepada calon momongan-nya. "Tapi korbannya tidak harus berupa manusia," ujar Suparno polos.
Menurutnya, tuyul-tuyul itu terjadi dari manusia yang mati kalap, mati yang belum saatnya seperti bunuh diri, nggantung dan Iain-lain.
Makhluk-makhluk ini, daripada gentayangan mengganggu orang, katanya sengaja dibina Nyi Roro Kidul dan ditampung di tempat tersebut.
Di mana tuyul-tuyul itu sekarang? Apa boleh lihat? "Mereka ada di ruang dalam itu, Anda tak bakalan bisa melihatnya," jawab Suparno enak sekali.
Lalu murid dukun "sakti" ini berkata lagi, sebaiknya jangan bertanya yang tidak-tidak di sini, karena mereka (tuyul) itu tahu kalau sedang dibicarakan.
Baca Juga : Takut Dikejar Hantu Janda, Pria di Thailand Ramai-ramai Cat Kukunya
Ada lagi sebuah peristiwa. Percaya atau tidak, Mbah Mardjo Wiyono, dukun yang juga penjaga sebuah gua, baru-baru ini mengantarkan momongan-nya yang dipesan orang Bandung. Dia bersama seorang muridnya berangkat naik kereta, mendapat imbalan Rp 250.000,00.
Gua keramat yang terselip di punggung sebuah gunung di Yogyakarta ini memang menyemburatkan kesan angker. Di bawahnya ada sebuah area rusak dan dua pohon raksasa ketos serta sendang.
Katanya, di sini tempat dedemit cilik berdiam. Berhubungan dengan makhluk-makhluk ini tentu saja juga harus lewat perantara si penjaga, di samping menjalani proses ritual dan laku gaib tertentu.
Di tempat tuyul yang lain ada aturan lain lagi. Di situ katanya, peminta momongan tidak bisa langsung membawa tuyul ke rumah. Melainkan lewat simbol tertentu, entah itu berupa cecak, kadal, jangkrik dan Iain-lain.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR