Seteiah dua kali menunaikan ibadah haji, dia kemudian mengajar di pesantren kakeknya, di Kediri. Tahun 1906, timbul niatnya mendirikan pesantren, agar dia dapat mengajarkan agama menurut caranya.
Baca Juga : Pesantren Konservasi Versi Buya Basith
Tempat yang dipilihnya ialah desa Cukir, kecamatan Diwok, Jombang dengan nama Tebuireng.
"Menyiarkan agama Islam berarti memperbaiki manusia. Pelaksanaannya harus dengan berjihad, yakni sanggup menempuh kesukaran dan bersedia berkorban."
Dia sengaja mendirikan pesantren di Tebuireng.
Pesantren itu sendiri harus bebas dari kejahatan. Tantangan ke arah sana dihadapi dengan tabah, apalagi mengingat daerah Tebuireng banyak 'jagoan'nya.
Baca Juga : Kisah Santri dari Madura yang Tewaskan Begal yang Merampoknya
Beberapa cara digunakan untuk menaklukan para jagoan ini. Salah satunya mengawinkan anaknya kepada sang jagoan. Cara yang unik ini mendirikan pesantren Tebuireng menyebabnya pesantren Tebuireng aman dan mempunyai pelindung.
Nama Tebuireng kemudian menjadi terkenal. Kemasyurannya hampir sama dengan kemasyuran namanya. Murid-murid berdatangan dari luar daerah.
Dia tekun, dan bekerja dengan jadwal yang tepat. Kalau biasanya pesantren yang lain sepi di bulan puasa, tidak demikian dengan pesantren milik Hasyim.
Di pesantren ini justru ada pelajaran khusus di bulan puasa. Merupakan suatu kemajuan yang pesat, hingga diakui secara resmi oleh pemerintah.
Baca Juga : Tragis! Atraksi Santri Dilindas Mobil Berakhir Maut, Seorang Peserta Tewas
Source | : | Majalah HAI |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR