Sekali waktu pernah Kyai Hasyim sendiri yang terlambat sembahyang dan tidak berjamaah. Dengan cepat ia sembahyang. Selesai sembahyang, pembantunya dikumpulkan dan ia menyerahkan diri untuk dihukum.
Setelah dipertimbangkan malah pembantunya yang tidak mengizinkan sang kyai dihukum.
Sejak diangkat sebagai pemimpin tertinggi NU dengan gelar Raisul Akbar, namanyapun makin luas dikenal. Dia mulai masuk dalam percaturan politik nasional. Namun begitu dia tetap terbuka pada modernisasi.
Baca Juga : Tunjukkan Kemampuan Kekebalan Tubuh, para Santri di Semarang Mengaku Siap Bela Negara
Dia paling benci pada perpecahan. Pengaruhnya di kalangan orang Islam sangat besar sehingga mengkhawatirkan pemerintah Belanda. Mereka khawatir kalau Hasyim menggerakkan massa untuk menentang pemerintah Belanda.
Untuk mengambil hatinya, Belanda memberinya bintang jasa sebuah penghargaan. Hasyim Asyari yang menyadari apa yang tersirat di balik pemberian penghargaan itu, menolak dengan halus.
Ia pun dengan halus menolak penawaran Belanda untuk suatu jabatan dalam pemerintahan. Ia juga menyiapkan kader-kader muda dalam pembinaan NU.
Dipenjara
Perhatian Hasyim tidak hanya pada kemajuan agama Islam. Sebagai orang yang berpengetahuan luas, tahu betul akan keburukan penjajahan. la ikut berjuang dan membantu membawa NU ke dalam gelanggang pergerakan nasional.
Baca Juga : Profil Lengkap Hasyim Muzadi: Mulai dari Ketua Umum PB NU Hingga Calon Wakil Presiden
Ketika partai-partai politik Indonesia melancarkan aksi Indonesia berparlemen NU pun mengambil bagian di dalamnya.
Betanda menyerah pada Jepang. Jepang kemudian berkuasa di Indonesia. Karena itu pada semua penduduk Indonesia diharuskan melakukan seikeirei, membungkukkan badan ke arah matahari terbit sebagai lambang menyembah.
Hasyim tidak menyetujui peraturan itu. Karena dianggap anti Jepang, maka dia ditangkap. Pesantren Tebuireng ditutup oleh Jepang. Anaknya, Wachid Hasyim ke Jakarta berusaha membebaskan ayahnya dan berhasil. Asyari dibebaskan setelah mendekam di penjara 4 bulan.
Jepang kemudian berusaha mengambil hati rakyat dengan mengangkat Asyari sebagai kepala urusan agama. la tertekan karena hati kecilnya menolak tawaran Jepang ini seperti halnya dia pernah menolak tawaran Belanda dengan kedudukan tinggi.
Baca Juga : Harlah NU: Kecewa terhadap Masyumi, Nahdlatul Ulama pun Sempat Menjadi Partai Politik
Untunglah masa itu tidak terialu lama, dan Kyai Hasyim masih sempat menyaksikan kehidupan di alam kemerdekaan, ia ikut pula menganjurkan kepada pemuda-pemuda agar berjuang terus melawan penjajah.
Bahkan sering juga nasehatnya diminta oleh pemimpin perjuangan. Sayang, pahlawan kita yang satu ini tidak hidup lama di alam kemerdekaan. Tepatnya tanggal 25 Juli 1947, ia meninggal dunia karena pendarahan otak.
Kata-katanya yang selalu terukir di benak adalah kesungguhannya membasmi kejahatan dan kefanatikan.
"Tingallah fanatik itu dan lepaskan diri dari hawa nafsu yang merusak. Berjuanglah menolak orang yang mendakwahkan ilmu yang sesat dan kepercayaan yang merusak. Dan berkorban menghadapi orang-orang yang demikian adalah wajib. Alangkah baiknya jika tenagamu sediakan untuk itu."
Baca Juga : Menurut Gus Dur, Tuhan Tidak Perlu Dibela, Walaupun…
Source | : | Majalah HAI |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR