Seperti diketahui, selain sebagai seniman andal, Ratna Sarumpaet juga aktivis yang kerap mengkritisi timpangnya kemanusiaan. "Saya melakukan hal yang sama, meskipun dalam versi yang soft banget," sambung Atiqah.
Atiqah memang tenar dengan kemampuan akting yang andal. Tapi, siapa sangka, Atiqah kecil sebenarnya mempunyai cita-cita yang jauh dari dunia seni peran. Saat sekolah dasar, Atiqah bercita-cita jadi seorang pengacara.
"Ibu bangga sekali saat itu, karena aku bilang mau jadi pengacara karena ingin membela orang-orang yang susah. Aku juga enggak tahu dapat pemikiran itu dari mana, ha-ha-ha!" kenang Atiqah.
Atiqah mengakui, sisi kemanusiaannya berkembang karena didikan dari sang ibu sejak kecil. "Kepada anak-anaknya selalu diajarkan bagaimana menghargai orang lain, bagaimana kita membela orang yang lemah," kisah Atiqah. "Ibu itu orangnya demokratis banget. Santai, suka nge-lawak, dan manja," lanjut dia.
Baca Juga : Lubang Besar Terlihat Menelan Daratan di Pantai Queensland, Apa yang Terjadi?
Bukan hanya sisi kemanusiaan yang ditanamkan oleh sang ibu, tapi juga sisi seninya. Sejak kecil dia kerap ikut-ikut bermain teater di kelompok teater yang dibangun sang ibu sejak 1974, Satu Merah Panggung.
Namun, pergaulannya dengan dunia seni peran sempat terhenti ketika Atiqah kuliah ke luar negeri. Jurusan yang dia ambil adalah Media dan Psikologi di Monash University di Melbourne, Australia.
Pada 2004, ketika kembali ke Indonesia, Atiqah sempat bekerja di bidang advertising. Saat itu, ibunda sedang memproduksi pementasan teater berjudul Anak-anak Kegelapan. "Entah kenapa aku tiba-tiba kepingin ikut berteater lagi." Setelah dicasting dan digembleng sang ibu, akhirnya dia mendapatkan peran di pertunjukan itu.
Atiqah mengakui, awal terjun ke dunia seni peran, dia merasa kemampuannya jauh di bawah rata-rata. "Awalnya culun banget, dialog maksa, kaku banget. Tapi aku digembleng sama ibu," kisah putri dari Ratna dan Achmad Fahmy Alhady ini.
Baca Juga : Deretan Foto Warga yang Menjarah Mall dan Toko Setelah Gempa dan Tsunami di Palu
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR