Advertorial

Ciptakan Alat Pendeteksi Bencana Berbasis Aplikasi Android, Mahasiswa Brawijaya Ini pun Raih Medali Emas

Moh. Habib Asyhad
Masrurroh Ummu Kulsum
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Dua mahasiswa Universitas Brawijaya berhasil menciptakan alat pendeteksi bencana berbasis android, dan memenangkan medali emas.
Dua mahasiswa Universitas Brawijaya berhasil menciptakan alat pendeteksi bencana berbasis android, dan memenangkan medali emas.

Intisari-Online.com – Putra dan putri tanah air terus menciptakan inovasi yang tidak hanya membanggakan tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.

Dua orang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya. Malang, berhasil menciptakan alat pendeteksi bencana berbasis aplikasi android.

Adalah Priyo Hadi Wibowo dan Rizka Sisna Riyanti yang menemukan alat yang diberi nama disaster detection system of forest fire and landslide atau Desfola.

Priyo mengatakan seperti dikutip dari Kompas.com, alat tersebut bekerja menggunakan sensor dan server.

Baca Juga : Rawan Gempa, Ini 3 Struktur yang Wajib Digunakan Untuk Bangun Gedung dan Rumah di Jepang

Sensor tersebut diletakan di daerah yang rawan bencana, sedangkan server-nya diletakkan di perkampungan dengan koneksi internet.

Melalu server itu, potensi bencana yang ditangkap oleh sensor dapat dipantau melalui aplikasi android yang diintsal pada pnsel kita.

"Data yang dideteksi oleh bagian sensor akan ditampilkan di aplikasi android secara real time. Saat potensi bencana meningkat, alat akan menampilkan warning sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan menanggulanginya lebih dini," katanya, Selasa (2/10).

Untuk sementara. alat ini fokus digunakan untuk mendetekasi bencana kebakaran hutan dan tanah longsor.

Ada empat sensor yang digunakan. Tiga sensor untuk kebakaran hutan sedangkan satu sensor lainnya untuk tanah longsor.

Sensor yang digunakan merupakan flame sensor, gas CO dan temperatur sensor untuk mendeteksi kebakaran hutan.

Sedangkan untuk mendeteksi kejadian tanah longsor digunakan moisture sensor

"Alat ini didesain dengan tiga kondisi. Aman, siaga dan potensial tinggi.

Misalnya untuk temperature sensor, kondisi aman jika 35 derajat selsius, siaga jika temperatur antara 35 sampai 45 derajat selsius dan potensi bencana jika di atas 45 derajat selsius," ujar Rizka.

Baca Juga : Pencungkilan Mata dan Pemotongan Alat Vital di Film G30S/PKI Ternyata Tak Sesuai dengan Hasil Forensik

Energi yang digunakan ileh alat ini masih menggunakan baterai. Kedepan, ia akan mengembangkan alat tersebut agar dapat menggunakan panel surya sebagai sumber energinya.

Mereka juga akan mengembangkan alat tersebut supaya bisa mendeteksi jenis bencana lainnya seperti gempa bumi, tsunami dan jenis bencana lainnya.

Inovasi alat deteksi bencana itu sudah membuahkan prestasi dengan mendapatkan penghargaan medali emas dalam kompetisi The 5th International Young Inventors Awards (IYIA) 2018 di Bali pada 19-22 September 2018.

Kompetisi itu diselenggarakan oleh asosiasi pemenang kompetisi penelitian atau inovasi nasional dan internasional INNOPA (Indonesian Invention and Innovation Promotion Association) dan diikuti oleh 15 negara.

Baca Juga : UNS Solo Janji Bebaskan Biaya Kuliah 2 Mahasiswa Sekaligus Atlet Difabel Asian Para Games

Artikel Terkait