Advertorial

Nelson Mandela: Dibebaskan dari Penjara Setelah Sebelumnya Ditempatkan di Tahanan Berkolam Renang

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Nelson Mandela tetap berjuang meski ia dipenjara sebagai tahanan politik. Ia akhirnya dibebaskan setelah sebelumnya dipindah di sebuah rumah berkolam renang.
Nelson Mandela tetap berjuang meski ia dipenjara sebagai tahanan politik. Ia akhirnya dibebaskan setelah sebelumnya dipindah di sebuah rumah berkolam renang.

Intisari-Online.com – Jelang Pemilu, partai-partai politik biasanya berlomba menebar pesona. Para "pemimpin" dadakan pun bermunculan ini.

Padahal, memimpin bangsa bukan kecakapan instan. Ada proses penempaan, dan seperti kisah para bapak bangsa berikut ini, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2009, dengan judul asli Menghitung Hari Ala Mandela, tulisan I Gede Agung Yudana.

--

Dalam rapat umum United Democratic Front (UDF) pada 10 Februari 1985, Zindzi, anak Mandela, membacakan tanggapan itu ke hadapan lautan manusia yang tidak dapat mendengarkan pidatonya secara legal di mana pun di seluruh Afrika Selatan lebih dari 20 tahun.

Dalam pidato politik itu Mandela menyatakan diri sebagai anggota ANC. la akan tetap menjadi anggota ANC hingga mati.

Baca Juga : Pieterson, Tetangga yang Menggetarkan Jiwa Mandela dan Membuatnya Terus Berjuang untuk Afrika Selatan

la juga mengimbau khalayak mengajak Botha untuk menunjukkan dirinya berbeda dari Malan, Strijdom, dan Verwoerd (ketiganya mantan perdana menteri Afrika Selatan, Red.), meninggalkan kekerasan, meruntuhkan apartheid, tidak melarang aktivitas ANC, membebaskan orang yang ditahan, dibuang, atau diusir lantaran menentang apartheid, membebaskan masyarakat untuk beraktivitas politik sehingga mereka bisa memutuskan siapa yang dipilih untuk memerintah.

Di akhir pidatonya, Mandela mengatakan "Hanya orang yang bebas yang dapat bernegosiasi. Narapidana tidak dapat dilibatkan dalam setiap perjanjian. Saya tidak dapat dan tidak mungkin memberi pengertian saat ini, ketika saya dan Anda semua, tidak dalam keadaan bebas. Kebebasan Anda dan kebebasan saya tidak dapat dipisahkan. Saya akan kembali."

Dari pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan dokter penjara pada 1985, ia dirujuk ke dokter urologi. Dari pemeriksaan urolog diketahui ia menderita pembesaran prostat dan dianjurkan untuk dioperasi.

Setelah berembug dengan keluarga, akhirnya ia setuju untuk menjalani operasi, di Volks Hospital, Cape Town, di bawah pengawasan ketat aparat keamanan. Di rumah sakit ia mendapat kunjungan yang mengejutkan dari Menteri Hukum Kobie Coetsee.

Baca Juga : Kisah Nelson Mandela dan Ketiga Istrinya: Evelyn, Winnie dan Graca

Beberapa waktu sebelum pertemuan itu, Mandela pernah menulis surat ke Coetsee yang isinya mengajak bertemu untuk mendiskusikan perdamaian antara ANC dan pemerintah.

Setelah pulih, Mandela kembali ke penjara. Namun kali ini tidak ke sel semula. la ditempatkan di sebuah sel di lantai dasar Penjara Pollsmoor. Sel itu terdiri atas tiga ruangan; ruang tidur, ruang baca, dan ruang olahraga. Plus, toilet yang terpisah.

Meski lebih "nyaman" kondisi sel itu tidak membuatnya senang. Ia terpisah dari teman-teman seperjuangannya. la kehilangan kebun dan teras yang terpapar sinar Matahari.

Namun kesendiriannya memberinya kebebasan, dan ia memutuskan untuk menggunakan kondisi tersebut untuk melakukan sesuatu yang telah direncanakannya sejak lama: memulai perundingan dengan pemerintah.

Baca Juga : Tentang Tanda ‘X’ di Geografi Batin Mandela yang Tertanam Abadi di Rumah Lamanya

Setelah beberapa hari menghuni sel baru Mandela memohon izin untuk dapat melakukan pertemuan dengan teman-temannya. Permohonan dikabulkan. Dalam pertemuan itu diketahui ketiga temannya: Walter, Kathy, dan Raymond marah atas pemisahan mereka.

Mandela mencoba menenangkan mereka dengan menjelaskan, mungkin kejadian ini akan bekembang ke narapidana politik lainnya, termasuk mereka.

"Mungkin sesuatu akan terjadi. Saya sekarang dalam posisi dimana pemerintah dapat melakukan pendekatan kepada kita," jelasnya. Sayangnya, penjelasan terakhir ini tidak mereka pedulikan.

Dalam sebuah pertemuan negara-negara persemakmuran di Nassau Oktober 1985, para pemimpin negara persemakmuran tidak dapat mencapai persetujuan soal pemberian sangsi internasional untuk Afrika Selatan.

Baca Juga : Nelson Mandela, Pemimpin Inspiratif Sejuta Nama Hingga Disebut Pembuat Onar Oleh Ayahnya

Ini terutama karena Perdana Menteri Inggris, Margareth Thatcher secara tegas tidak menyetujui sangsi itu. Untuk memecahkan kebuntuan, dibentuklah tim pencari fakta.

Pada Februari 1986, Mandela dikunjungi Jenderal Alusegun Obasanjo, mantan pemimpin militer Nigeria, yang dipilih sebagai ketua tim. Obasanjo berhasrat untuk memfasilitasi sebuah pertemuan antara Mandela dan tim.

Dengan persetujuan pemerintah, pertemuan tersebut direncanakan pada bulan Mei. Setelah itu, mereka akan bertemu dengan kabinet. Di mata Mandela, ini sebuah peluang.

Dua hari menjelang pertemuan, kepala penjara, Brigadir Munro, menemui Mandela dengan mengajak seorang penjahit. "Mandela," ujar si kepala penjara, "Kami ingin Anda bertemu dengan orang-orang itu (tim pencari fakta) dalam posisi setara. Kami tidak ingin melihat Anda mengenakan pakaian penjara yang kumal, jadi penjahit ini akan mengukur Anda dan memberi Anda pakaian yang cocok."

Baca Juga : Winnie Mandela Meninggal, Ini Kisah Cinta Pertamanya dengan Nelson Mandela

Mandela juga diberi sebuah kemeja, dasi, sepatu, kaus kaki, dan pakaian dalam. Ketika pakaian resminya jadi, Munro memuji pakaian itu. "Mandela, sekarang Anda tak ubahnya seorang perdana menteri, bukan seorang narapidana."

Pertemuan itu berhasil dilakukan. Sayangnya, rencana pertemuan kedua tidak dikabulkan pemerintah. Namun, Mandela akhirnya diberi kesempatan bertemu Coetsee. Pertemuan ini berlangsung hangat. Di akhir pertemuan, sang menteri bertanya, "Apa langkah berikutnya?"

Mandela segera menjawab bahwa ia ingin bertemu presiden dan menteri luar negeri. Coetsee mencatat keinginan Mandela itu.

Pada 1987 Mandela beberapa kali melakukan pertemuan dengan Coetsee. Pada tahun yang sama, pemerintah akhirnya membuat proposal konkret yang pertama. Pemerintah akan membentuk komite beranggotakan pejabat senior yang dipimpin Coetsee untuk berdiskusi dengan Mandela.

Baca Juga : Nelson Mandela, Pejuang Sekaligus Pemimpin Inspiratif dengan Sejuta Nama

Tinggal di cottage

Pada 9 Desember 1988 malam Mandela secara terburu-buru dipindahkan. Kali ini bukan ke dalam sel, melainkan ke sebuah cottage yang berada di Victor Verster, 35 mil tenggara Cape Town. Cottage itu dikelilingi pagar beton dan dinaungi sebatang pohon yang tinggi.

Di dalamnya terdapat sebuah ruang tamu yang luas di sebelah dapur yang juga luas, serta tempat tidur yang lebih luas lagi. Malam itu, ia dapat tidur dengan sangat nyenyak.

Baru keesokan paginya, ia mengetahui bahwa di belakang cottage itu terdapat kolam renang dan dua ruang tidur kecil. Di tempat inilah ia menjalani sisa hukumannya.

Baca Juga : Ada yang Masih Ingat Nelson Mandela? Inilah 5 Fakta Tak Terduga Tentang Nelson Mandela

Siang harinya, ia kembali dikunjungi Kobie Coetsee. Kali ini Coetsee menjelaskan bahwa tempat ini akan menjadi rumah terakhir Mandela sebelum menjadi orang bebas.

Alasan atas pemindahan ini tak lain bahwa ia membutuhkan tempat untuk menggelar pembicaraan secara rahasia dan nyaman.

Pada 4 Juli 1989, ia dikunjungi Jenderal Willemse yang mengabarkan bahwa esok hari ia akan dibawa untuk bertemu dengan Presiden Botha. Karena pakaian resmi yang dibuatkan untuk pertemuan tim pencari fakta sudah usang, ia memerlukan baju baru untuk pertemuan kali ini.

Penjahit segera didatangkan dan siang itu pula setelan jas itu jadi. la juga mendapatkan kemeja, dasi, dan sepatu baru.

Baca Juga : Google Meluncurkan Tur Virtual Tempat Pengasingan Nelson Mandela

Pertemuannya dengan P.W. Botha akhirnya terealisir. Pertemuan itu berlangsung selama 1,5 jam dengan penuh persahabatan dan suasana hangat. Mandela meminta kepada Botha untuk membebaskan semua narapidana politik, termasuk dirinya, tanpa syarat. Kali ini, Botha tidak dapat memenuhi permintaannya.

Tak lebih dari sebulan kemudian, melalui televisi P.W. Botha mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Esok harinya Frederik Willem de Klerk disumpah sebagai presiden dan menyatakan komitmennya untuk melakukan perubahan dan reformasi.

Dengan presiden baru ini, Mandela melanjutkan pertemuan untuk melakukan negosiasi. Pada 10 Oktober 1989 Presiden de Klerk mengumumkan bahwa Walter Sisulu dan tujuh sahabat Mandela di Penjara Robben Island akan dibebaskan.

Presiden de Klerk juga mulai meninggalkan sistem apartheid.

Baca Juga : Kisah Nelson Mandela: Ada Sisi Lain di Balik Sisi Jahat Seseorang

Pada 13 Desember 1989, Mandela dibawa ke Tuynhuys untuk bertemu de Klerk. Mandela mengucapkan selamat kepada de Klerk karena terpilih sebagai presiden dan menyampaikan harapan untuk dapat bekerjasama.

Pada 2 Februari 1990 F.W. de Klerk berdiri di parlemen untuk pidato. Dalam penampilan yang dramatis, dia mengumumkan penarikan larangan terhadap ANC, Pan Africanist Congress, South African Communist Party, dan 31 organisasi ilegal lainnya, membebaskan narapidana politik, dan beberapa kebijakan lainnya.

Seminggu kemudian Mandela dibawa kembali ke Tuynhuys. Saat itu ia diberitahu oleh sang presiden bahwa ia akan dibebaskan esok hari.

Namun, pemberitahuan ini menimbulkan tawar-menawar antara keduanya menyangkut waktu dan tempat pembebasan. Akhirnya disepakati pembebasan dilakukan esok hari di Victor Verster.

Baca Juga : 6 Tempat untuk Mengenang Mandela

Tanggal 11 Februari 1990 akhirnya tiba. Tepat pukul 03.30 sore, setelah Winnie Mandela dan Walter tiba dari Yohanesberg, Mandela menjadi orang bebas setelah menjalani 27 tahun kehidupannya di penjara.

Tak lama setelah pembebasan, ia mulai melakukan perjalanan ke negara-negara Afrika. Selama enam bulan pertama pascapembebasannya, ia menghabiskan banyak waktunya di luar negeri ketimbang di rumahnya. Kepala negara pertama yang ditemuinya adalah Hosni Mubarak, Presiden Mesir.

Pada April 1990, Mandela terbang ke London untuk menghadiri sebuah konser di Wembley, yang digelar untuk menghormatinya. Banyak artis dunia tampil dalam konser yang disiarkan televisi ke seluruh dunia itu.

Delapan belas tahun kemudian, Mandela kembali datang ke London untuk menghadiri konser serupa. Namun, kali ini untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-90.

Baca Juga : Quo Vadis Afrika Selatan, Setelah Mandela Tiada?

Artikel Terkait