Advertorial
Intisari-Online.com- Mauro Prosperi, seorang polisi Italia yang saat itu berusia 39 tahun sedang mengikuti Maraton des Sables (Maraton of the Sands) 1994 di Gurun Sahara, Maroko.
Namun pada petengahan jalan tiba-tiba badai pasir menyerang dan membuatnya kehilangan arah.
Setelah itu, Mauro berlari dan berjalan sekitar tiga ratus kilometer ke arah yang salah.
Dia memiliki kompas tetapi tidak ada titik referensi yang mencerahkan.
Baca Juga : 76 Hari Terkatung-katung di Atlantik Seorang Diri, Kepribadian Callahan Terpecah Dua
"Saya tidak panik, saya hanya putus asa."
"Saya berhenti dan membalikkan punggung saya ke angin, lalu menutupi wajah saya dengan syal pasir khusus dan kacamata."
Saya akhirnya menemukan balok kayu untuk menghadang angin, tetapi saya harus terus bergerak agar tidak terkubur pasir."
Badai pasir itu berlangsung delapan jam.
Baca Juga : Polisi Dikabarkan Akan Razia Besar-besaran Sebulan ke Depan, Ini Penjelasan Resmi Polri
Mauro langsung mencoba bertahan hidup dan hal pertama yang dia lakukan adalah buang air kecil ke botol air.
Dia tahu bahwa buang air kecil pertama ini akan menjadi yang paling jelas dan paling bisa diminum jika dia tidak menemukan pasokan air bersih.
Mauro cukup tahu tentang bertahan hidup di gurun.
Yakni untuk berjalan di pagi dan sore hari, dan bersantai di bawah naungan selama siang hari.
Baca Juga : 21 Tahun Kematian Putri Diana: Sang Putri yang Tak Pernah Benar-benar Bisa Mencintai Dodi
Setelah tiga hari berkeliaran, dia pun mengambil teguk pertama dari air kencingnya.
Dalam kesempatan lain, Mauro juga diselimuti oleh badai pasir yang berlangsung selama dua belas jam.
Minum Darah Kelelawar
Mauro menemukan tempat ibadah Muslim,dia lalu menggantung bendera Italia di depannya dan merangkak masuk, di mana dia akhirnya menemukan beberapa makanan.
Baca Juga : 6 Mitos Kehamilan yang Banyak Dipercaya, Salah Satunya Wanita Hamil Tak Boleh Naik Pesawat
Dia menangkap dua kelelawar kecil, memutar leher mereka dan meminum darah-darahnya.
Putus asa, Mauro sempat melakukan percobaan bunuh diri.
Namun setelah menggorok pergelangan tanggannya, optimisme untuk hidup pun kembali lagi.
Kemudian dia memutuskan untuk berjalan menuju keselamatan menuju pegunungan di kejauhan.
Baca Juga : Mau Menanam Cabai? Tabur Ampas Kelapa, Efeknya di Luar Dugaan
Lima hari setelah meninggalkan tempat ibadah dan delapan hari tidak minum aoa-aoa selain air kencingnya sendiri, akhirnya Mauro menemukan sebuah oase kecil.
Dua hari kemudian, dia bertemu dengan beberapa orang nomaden Tuareg di Gurun Sahara yang membawanya dengan punggung unta menuju kamp militer Aljazair terdekat dan dari sana ke rumah sakit.
Sembilan hari tersesat sejauh 300 km dari rute, Mauro dilaporkan telah kehilangan 18 kg berat badannya.
Baca Juga : Viral Seluruh Sisi Rumah Eko Tertutup Tembok Tetangga, Begini Tanggapan Wali Kota Bandung